tidak pernah aku merasa sia-sia mencintaimu
daun yang meranggas pun tahu
kau bagaikan kemarau
yang tak ragu redakan dahagaku
dengan cadangan airmu
tidak pernah aku merasa sia-sia mencintaimu
salju yang berjatuhan pun tahu
kau bagaikan sinar mentari
yang terbit di balik selimutku
untuk tenangkan tubuh menggigilku
tidak pernah aku merasa sia-sia mencintaimu
rintik hujan yang berjatuhan pun tahu
kau bagaikan pelangi berwarna-warni
yang seolah bercerita tiada henti
usai badai, bahagia telah menanti
tidak pernah aku merasa sia-sia mencintaimu
pepohononan musim semi tersenyum sendiri
mengetahui kau menanti di ujung jalan yang biasa kita lalui
membawa satu tangkai mawar putih berduri
memberitahuku bahwa kau adalah duri
yang senantiasa melindungi
aku, sang permaisuri
tidak pernah sia-sia aku mencintaimu
pangeranku.
18.12
daun yang meranggas pun tahu
kau bagaikan kemarau
yang tak ragu redakan dahagaku
dengan cadangan airmu
tidak pernah aku merasa sia-sia mencintaimu
salju yang berjatuhan pun tahu
kau bagaikan sinar mentari
yang terbit di balik selimutku
untuk tenangkan tubuh menggigilku
tidak pernah aku merasa sia-sia mencintaimu
rintik hujan yang berjatuhan pun tahu
kau bagaikan pelangi berwarna-warni
yang seolah bercerita tiada henti
usai badai, bahagia telah menanti
tidak pernah aku merasa sia-sia mencintaimu
pepohononan musim semi tersenyum sendiri
mengetahui kau menanti di ujung jalan yang biasa kita lalui
membawa satu tangkai mawar putih berduri
memberitahuku bahwa kau adalah duri
yang senantiasa melindungi
aku, sang permaisuri
tidak pernah sia-sia aku mencintaimu
pangeranku.
18.12