Thursday, October 31, 2013

sebuah terminal hati

sering sekali dalam hidup ini saya hanya ingin lari menjauh dan pergi. 
ketika menghadapi kerikil tajam yang menyiksa jemari, seolah raga ini sudah tidak kuat berdiri. 
yang ada hanya harapan untuk pergi agar tidak cepat-cepat mati. 
mudah sekali.

seringkali saya bermimpi.
saya mempunyai sebuah pintu yang siap membawa saya pergi,
di saat dunia seolah lelah berkooperasi. 
rasanya hati ini sudah menjadi sasaran tembak berbagai jenis peluru penuh amunisi
yang dengan cepat bisa menghabisi. 
sampai mati.

begitu angkuhnya saya ingin mati seolah-olah tabungan pahala sudah di atas rata-rata. 
seolah-olah kubangan dosa sudah dinetralkan oleh amal dan budi baik terhadap sesama. 
betapa congkaknya. 
tidak, tentu tidak demikian. 
saya hanya tidak sadar dengan apa yang akan menanti di depan saya. 
terlalu terburu-buru saya menggampangkannya.

ah, sudahlah. 
saya menulis apa.
saya hanya ingin lari secepatnya.

jangan dikejar.

jangan temukan saya.

nanti saja. saya cari kamu.
Share:

have a happy birthday, me

Malang, October 29, 2013

hidup dan mati adalah sebuah ketetapan
namun, menjadi dewasa adalah sebuah pilihan

selamat bertambah usia
:))
Share:

Wednesday, October 23, 2013

(masih)

(masih)
menunggu
(masih)
menanti
(masih)
di sini
(masih)
tak lelah
(masih)
mencintai
(masih)
kamu

(masih)
kalau masih, mengapa sudah?
Share:

Wednesday, October 9, 2013

Tuhan - Maha Memberi Sandaran

Tuhan,
melalui apa aku bisa bertemu denganMu?
perantara seperti apa yang kan mendekatkanku kepadaMu?
kata mereka yang pandai agama
aku hanya perlu merengkuhMu melalui doa
tapi, aku tidak percaya
aku memang arogan luar biasa

Tuhan,
bolehkah aku mencuri perhatian?
halal, bukan, kalau aku berlomba mengambil hatiMu?
tolong, jangan jemu
aku memang sedikit lambat dan tak pintar berperilaku hebat
lihatlah, aku perlahan mendekat
dengan caraku, yang tidak mereka tahu

Tuhan,
lambat laun aku percaya
aku berdoa
dengan bahasa yang kubisa
dengan cara paling sederhana
tidak apa-apa ya?

Tuhan,
aku menemukanMu di segala
dalam raga yang tak lelah lantunkan doa
dalam jiwa yang tak ragu untuk percaya
dalam detak pertanda diri masih bernyawa
di sanalah Kau sejatinya ada

Kau selalu ada.
aku saja yang sering sangsi dan tidak percaya.
Share: