di sebuah sudut toko buku, kita bertemu.
menikmati kenangan semu yang tersaji dengan rapi di setiap sisi. terkunci. kamu berdiri dan termenung seolah bercanda dengan memori yang lalu lalang tak kunjung henti. kamu tersadar, barisan judul di setiap buku itu memiliki arti sendiri. sedangkan aku, hanya memandang dengan raut wajah tak mengerti. tapi sudahlah, sosokmu memiliki keindahan tersendiri. karena memandangimu berdiri di situ sudah cukup menawarkan kehausanku akan keindahan yang hakiki.
di sebuah sudut toko buku, kita bertemu.
seperti biasa, tanpa sapa, tanpa suara, dan tanpa aksara. hanya diam yang memiliki makna lebih dari ribuan rasa. aku mencoba memahami mimik wajahmu yang (lagi-lagi) termenung di sudut toko buku itu. entah apa daya pikat judul buku dan ilustrasi sampul depannya sehingga mampu menjerat pandanganmu sebegitu lamanya. ah, iri aku rasanya. kamu masih berdiri di sudut ruang yang sama. dengan ekspresi yang terkadang penuh suka yang membuatku jatuh dalam genangan rasa.
di sebuah sudut toko buku, kita bertemu.
ada kalanya ekspresimu berubah pias dan penuh kemarahan. ingin rasanya aku menghampiri dan menenangkan. namun aku terlalu takut kamu acuhkan, terlebih kamu abaikan. tentu rasanya akan menyakitkan. maka di sinilah aku, mendoakanmu semoga amarahmu lekas mereda dan menyunggingkan senyum yang menyejukkan dunia. duniaku. ada sebenarnya denganmu? adakah seseorang menguji kesabaranmu? berceritalah kepadaku. jika tiba sudimu.
di sebuah sudut toko buku, kita bertemu.
hari itu kamu hadir dengan wajah yang tak biasa. pucat pasi tanpa ekspresi yang biasanya mudah kumengerti dan kuinterpretasi. seolah ribuan kenangan telah menjatuhkanmu dalam kubangan luka hati yang begitu dalam. ada apa lagi denganmu? adakah rindu membuatmu mati tergugu? ataukah cinta membuat jarak antaramu dan benci mendekat berlipat ganda? ada apa sebenarnya?
di sebuah sudut toko buku, kita bertemu.
tapi kini, lama tak kulihat wajahmu lagi. wajahmu dengan warna warni ekspresi yang meramaikan hati. tidak ada lagi. ke manakah kamu? apakah kamu pergi mengejar kenangan yang memabukkan? ataukah kamu mengunjungi toko buku lainnya yang menyajikan kenangan bahagia tanpa luka? aku hanya bisa menerka tanpa tahu kebenaran itu seperti apa.
di sebuah sudut toko buku, kini tinggal aku. tanpamu.
menunggumu. kalau saja kamu kembali, menceritakan kepadaku kisah lain yang mengembalikan semangatku.
dan membantuku bangkit dari kenangan semu.
di sebuah sudut toko buku.
aku, kamu.