saat aku menyeduh satu cangkir pertamaku
pagi itu
semuanya tentang kamu
bagaimana aku bercerita dengan butiran kopi hitam itu
mereka mengajakku berbicara, bermain kata-kata
kamu rajin meneguk mereka dan menyeduh mereka secara perlahan
aku bertanya kepada mereka
apakah kamu baik baik saja?
apakah suhu air panas kopinya tidak terlalu panas dan melukai lidahnya?
karena jika sampai terluka, aku yang akan merana, tersiksa
lidah itu yang selalu menenangkanku dalam sendu
lidah itu yang bisa menghardik kepadaku saat aku terlalu larut dalam pikiran tidak perlu
lidah itu yang mencium keningku di saat aku terkulai lemah lelah dan berserah
saat aku menyeduh satu cangkir pertamaku
pagi itu
semuanya selalu tentang kamu
bagaimana asap kopi itu berbisik kepadaku
jangan takut, dia tidak akan meninggalkanmu
jangan takut, dia akan selalu menyayangimu
seringnya ketakutan itu jauh lebih menakutkan daripada apa yang kita takutkan
kamu adalah malaikat penenangku yang mengerti
kapan aku harus berhenti takut, kapan harus menyeka air mataku
serta kapan, harus mendiamkanku
aku adalah makhluk terkompleks di dunia ini, sepertinya
cangkir kopi, kepulan asapnya, air panasnya, butiran kopinya, seduhannya
berkonspirasi dan saling bertanya, ada apa?
tidak
aku hanya sadar
aku sudah jatuh
terlampau jatuh cinta
kepada malaikat penyeduh kopi pagimu itu