Sunday, November 6, 2022

29 Oktober 2022

sebut nama keabadian
siapa yang mampu mengalahkan takdir Tuhan?

sebut nama perjumpaan
siapa yang mampu menjanjikan kekekalan?

sebut nama perpisahan
siapa yang mampu menebak skenario Tuhan?


Pa, anakmu rindu mendapatkan ucapan saat pergantian usia darimu.
Pa, anakmu rindu seluruh kata bijak dan indah darimu.
Pa, anakmu rindu kelembutan hatimu dan tutur bahasamu.

Anakmu rindu.

Ingatkah kau saat aku kau tumpu di lenganmu?
Aku rindu.

Saat hanya engkau yang memahamiku
Tanpa aku bercerita, hanya melalui diamku yang membisu
Kau tahu
Kau selalu tahu

Semoga kau di sana mendoakanku
Menjadikanku sebagianmu, selalu
Share:

Saturday, October 15, 2022

Sesak di Renjana

seberapa bisa kita memahami luka?
tersayat, perih, tak berwujud namun lara
meraung, menggaung, menggema
relung bersuara tanpa sahutan sabda

yang dinanti takkan kembali bertegur sapa
penuh sesak berebut ingin melebur nestapa
hampa udara tercekik dalam renjana
tahukah kau jiwa-jiwa yang menderita?

dahulu, kau adalah titik bernama tujuan
seluruh simpulan dan ajang pembuktian
kembalilah, beri aku naungan
kemarilah, jangan pernah kau izinkan

diriku yang pernah kau tempa
haruskah menguap tanpa sisa?
aku kehabisan daya dan semoga
selamat tiba di beranda nelangsa

pinta dan doa
langkah penuh kelana
mencoba mencoba mencoba
membenahi yang porak poranda

semoga 
Share:

Thursday, August 4, 2022

seribu bunga

seribu tabur bunga
bisakah mengembalikan satu jiwa?

pulang, kembali
apakah ia kerap merasa sendiri?

ya Illahi ya Rabbi
apa kabarnya di sisi?

rindu ini tak bertepi
Yang Maha Mengerti
sanubari ini kosong tak berisi
yang kucintai telah pergi

menemui di mimpi
tak nyata namun mengobati

shallallahu'ala khatamil anbiya
muhammad, rahmatallil'alamiin
Share:

Friday, June 24, 2022

UTUH

Kalau ada yang lebih utuh dari rindu

Adalah bejana waktu milikku

Penuh berisi memori tentangmu

Keindahanmu perlahan menyatu

Antara nyata dan semu adakah satu?

Membedakannya aku tak mampu

Di manakah kamu?

Langkahku terseok meragu

Biasa ada dirimu kini aku tergugu


Fajar yang berpendar tak lagi sama

Senja yang memudar kian berbeda

Semesta riuh saling bertegur sapa

Kuberlari mencari sosokmu di pusatnya

Temukan aku, segera

Aku tak berdaya, tak kuasa, tak bisa

Rinduku menyesakkan dada

Cintaku berebut ingin bersama

Denganmu selamanya


Kamu mengalir di nadi

Adakah mengerti kosong di hati?

Hanya kamu yang bisa mengisi

Singgasana, tahta, dan sudut sanubari

Share:

Sunday, May 1, 2022

Aku Iri

Tuhan,
Apa alasan menciptakan perpisahan?
Tak ada keindahan dalam ciptaan
Hanya susunan kesakitan, kekosongan

Tuhan,
Jawaban apa yang perlu kusiapkan?
Atas pertanyaan hati tentang kesedihan
Jelaskan makna kebahagiaan
Saat yang terhirup hanya kehampaan

Semua bersorak, bersuka
Aku lupa, sebutkan satu saja
Bagaimana cara menjadi bahagia?
Tanpa yang tercinta, belahan jiwa

Semua tertawa,
Bersama,
Berlima,
Bersemua
Aku bagaimana?

Aku rela mati
Jika bisa menatapmu lagi

Malam Idulfitri
1 Mei 2022
23.18
Share:

Wednesday, April 20, 2022

Pa, Aku Rindu.

Pa, aku rindu.
Bagaimana kabarmu malam ini? Aku kerap bercanda tentangmu, menertawakan kegetiranku. Namun aku belum sekuat itu. Memandang potret dirimu aku masih runtuh. Menatap raut wajah terakhirmu aku masih meluruh. Aku tidak akan pernah bisa terbiasa tanpamu. Tidak akan pernah bisa.

Pa, aku rindu.
Hari-hariku terasa penuh namun sepi. Tahukah kau maksudku? Sudah tentu. Hanya kau sahabatku bermain kata, berbicara tentang rasa, dan bersembunyi di balik sajak serta nada. Hanya engkau. Sahabatku sejak aku pertama kali membuka mata, mengerti makna dunia, mengenal makna cinta. Hanya kau saja.

Pa, aku rindu.
Bagaimana kabarmu di sana? Hujan hadir setiap hari kini. Apakah kau merasa kedinginan dalam kegelapan? Semoga kau sudah tidak lagi kesakitan ya. Nikmati ketenangan di sana dan berbincang langsung dengan Tuhan. Keluhkan semua kekhawatiran, luapkan segala kemarahan dan ketidakadilan. Kini kau akan selalu didengarkan.

Pa, aku rindu.
Lagu-lagu yang biasa kau dengarkan tetap terngiang di pendengaran. Suara televisi yang biasa kau putar tetap meramaikan. Namun, mengapa tanpamu yang ada hanyalah kesunyian? Ruang di rumah ini terasa hampa tanpamu, Pa. Sepasang sepatu terakhirmu masih di tempat yang sama. Di belakang kursi kemudi yang biasa kukendarai. Mengapa? Aku rindu mengantarkanmu mewujudkan cita-cita dan anganmu.

Pa, aku rindu.

Apakah kau juga merindukanku?

Malang, 20 April 2022
Share:

Sunday, March 27, 2022

Abadi Tanpa Tapi

Kau menjagaku dalam diam
Romantisme hadir di sekadar gumam
Tak ada riuh, pun tak ada gemuruh
Hatiku yang siap, beranjak gaduh
Aduh!

Dua puluh tujuh
Ingat, bukan?
Janji suci diutarakan

Hargaiku dengan memiliki
Kau, aku, bersisi
Tak pernah meski sekali
Aku lupa siapa diri

Dua puluh tujuh
Ingat, bukan?
Tautan, ikatan disaksikan Tuhan

Perjumpaan yang tak pernah buatku enggan
Hingga sekarang, dan di mendatang
Kaulah tempat aku merasa pulang
Bersanding, merangkai kenangan

Jika maut mengoyak hari
Berjanjilah, cinta kan abadi tanpa tapi
Share:

Saturday, March 26, 2022

Jika

Jika aku tahu
Kemarin hari terakhir kutatap rautmu
Kan kupandang, tak kulepaskan
Kan kugenggam, tak kubebaskan

Jika aku tahu
Kemarin hari terakhir kau nikmati harimu
Kan kutenangkan, jangan risaukan
Kan kuteduhkan, jangan takutkan

Jika aku tahu
Kemarin hari terakhir kudekap tubuhmu
Kan kuhangatkan, jangan kedinginan
Kan kukuatkan, jangan kesakitan

Jika aku mampu
Memprediksi waktu
Aku akan bersurat pada Tuhan
Berapa harga kebersamaan?
Apa syarat menunda perpisahan?

Jika aku mampu
Mengendalikan waktu
Aku akan menahan, menahan, menahan
Rotasi bumi kan kuhentikan
Malaikat maut kan kusingkirkan

Apalah daya, hanyalah raga
Bisaku berupaya
Aku hanya manusia biasa
Bukan sosok tanpa dosa
Kembali, pasti padaNya
Share:

Sunday, March 6, 2022

Pustaka Rasa

Sastra, ujaran, dan aksara
Ketiganya menjadikanku manusia
Nabi bersabda dalam bahasa
Tuhan berfirman lewat kata-kata

Aku belum berubah gila
Aku masih manusia
Tuhan jauhkanku dari porak poranda
Raga tidak hanya tersusun atas nyawa

Mereka tahu apa?
Bisanya marah, mencerca
Tak paham senandung rasa
Jatuhnya bulir air mata

Mereka yang tak mengenal cinta
Bilang tubuh hanya daging tak bermakna
Tulang belulang sebatas rangka
Tak berjiwa, patutnya binasa

Terima kasih yang tetap ada
Tangguh, teduh, melindungi dengan doa
Senantiasa menyembuhkan luka
Menghibur lewat jenaka

Terima kasih, ya

Malang, 5 Maret 2022

Share:

Thursday, March 3, 2022

Adakah Kata Selamanya?

adakah kata selamanya?
untuk kita

setapak demi setapak aku meniti langkah tertatih.
ya, hati ini masih terasa perih.

adakah kata selamanya?
untuk kita

kini kita terpisah di dua dunia
aku terlunta
tak bisa
tanpamu, yang senantiasa penuh cinta

adakah kata selamanya?
untuk kita

katakan, akankah aku bahagia?
jika merengkuhmu aku tak bisa
jika memelukmu aku tak kuasa

mencintaimu tanpa tapi
merindukanmu tak bertepi

aku di sini
tak lelah menanti
tak akan berhenti mencintai
kau, yang tak terganti

27 hari kau telah pergi
Share:

Tuesday, March 1, 2022

Perempuan di Pusaran Peradilan (Jawa Pos, 16 November 2009)

Testimoni yang disampaikan Rani Juliani -yang berusaha mematahkan “nyanyian” Wiliardi dalam kasus pembunuhan Nasrudin dan menempatkan mantan pimpinan KPK Antasari Azhar (AA) sebagai tersangka- merupakan bagian dari sikap dan sepak terjang Rani. Itu, secara langsung maupun tidak, berpengaruh dalam “merias” wajah peradilan di negeri ini.

Dalam koridor tetap berpegang teguh pada asas praduga tak bersalah, tentulah kita layak membayangkan, seandainya Rani tidak masuk kehidupan Antasari -saat itu jadi “bos” KPK-sebagai “perempuan lain” (the other woman), apakah wajah peradilan bersih dari riasan karut-marut? Ataukah memang demikian besar pengaruh perempuan dalam merias (memengaruhi) atau mendesain potret dunia peradilan?

Ketika belum mencuat dugaan keterlibatan Rani dalam kasus yang menempatkan AA sebagai tersangka, wajah peradilan korupsi mulai menunjukkan pamornya. Sepak terjang KPK, menurut publik atau kalangan pencari keadilan, sudah menjadi pintu pembuka lahirnya peradilan berkeadaban baru.

KPK sudah terbukti mampu membuat wajah dunia peradilan, khususnya dalam penanganan perkara korupsi, mulai menunjukkan benderangnya. Kinerjanya membuat suatu kasus yang semula dinilai sebagai kasus mission imposible untuk dibongkar atau disentuh benar-benar mampu dirambah.

Elemen kekuasaan atau elite strategis negara seperti bupati, wali kota, menteri, gubernur, dewan, dan bahkan elemen yudisial yang berperan menyelidik, menyidik, dan menuntut terbukti sudah menjadi “korban” taring-taring KPK. Sebagaimana ditulis Husen Al-Has (2008), lembaga KPK tidak hanya akan membuat bibit-bibit koruptor patah dan mati sejak dini, tetapi jati diri Indonesia sebagai negara hukum benar-benar terlihat.

Kalau semula norma hukum sering “gagap” bahkan temaram di tangan aparat penegak hukum selain KPK, KPK mampu membuka sejarah baru dunia peradilan yang berusaha memahami dan mewujudkan aspirasi rakyat (pencari keadilan).

Namun, begitu nama Rani memasuki jagat KPK lewat AA, citra KPK ikut terpengaruh. Diakui maupun tidak, dugaan “keterpelesetan” AA dengan Rani telah menyeret problem institusional yang menampakkan hiasan simbiosis mutualisme. Dalam kasus ini, Rani seperti sedang menunjukkan power bahwa sikap dan sepak terjangnya selama ini sudah ikut merias wajah peradilan.

***

Memang ada istilah, kalau ada seseorang teguh secara moral, cobalah taklukkan dengan uang. Kalau orang itu masih tidak mempan dikalahkan dengan godaan uang, cobalah jinakkan dengan kekuasaan (pengaruh). Kalau masih juga tidak bisa dijinakkan dengan kekuasaan, tundukkan dengan perempuan. Sekuat-kuatnya iman (moral) seseorang, kalau yang menggoda, memengaruhi, dan berelasi dengannya adalah perempuan, integritas moralnya sulit tak terkoyak atau tak terkooptasi.

“Skenario” itu sebenarnya dapat dibaca sebagai suatu bentuk peringatan secara radikal, bahwa berelasi dengan perempuan di muka bumi ini dapat menjadi akar kriminogen yang mendorong terjadinya, maraknya, dan menguatnya problem penyimpangan norma hukum dan agama. Seseorang yang semula terkenal sebagai pilar pemberantasan korupsi atau dipercaya sebagai “Mr Clean” dalam membersihkan patologi kekuasaan bisa kehilangan keberdayaannya. Kecerdasan akalnya teramputasi dan terhegemoni.

Itu menguatkan titah suci Illahi bahwa perempuan menjadi penegak agama dan negara, namun juga bisa menjadi penghancur negara dan agama. Artinya, perempuan merupakan perias wajah sejarah pergulatan hidup manusia di muka bumi, termasuk wajah elemen strategis dunia peradilan. Siapa saja di antara elemen peradilan yang nekat memainkan atau dimainkan perempuan, dirinya akan hancur.

Dalam ranah itulah justru perempuan mampu menunjukkan hegemoninya, yang barangkali selama ini tidak pernah dimiliki. Sosok lelaki yang semula karismatik atau dikenal tegas, bijak, dan adil dalam menyikapi problem yang dihadapkan kepadanya akhirnya hanya berperan sumir karena menyerah dan kalah dalam rumus segmentasi kultural matriarkat.

Tatkala prinsip itu yang berlaku, seperti kata cendekiawan muslim Imadduddin Abdurrahim, manusia terjerumus jadi pemeluk “Tuhan triple-Ta” alias Tuhan Takhta, Tuhan Harta, dan Tuhan Wanita. Perempuan (wanita) akhirnya menjadi target monolitik yang tidak tertandingi dan diabsolutkan sebagai kekuatan utama yang menentukan pergulatan hidup dan kepentingan manusia itu sendiri. Perempuan diperlakukannya sebagai “Tuhan” yang kehadirannya dibiarkan mengalirkan “ayat-ayat” kepentingan secara spesifik.

Dalam tataran itu, elite strategis peradilan berarti terjebak sebagai objek subordinatif yang kehilangan kemerdekaan dan kecerdasan moral spiritualnya. Dia telah terkalahkan oleh berahi pemujaan “mazhab” kapitalisme tubuh, biologis, atau kekuasaan guna meraih dan mengabsolutkan keuntungan atau memenangkan kepentingan eksklusif yang sudah ditargetkannya.

Apa yang diperbuat elite strategis itu tidak dihasilkan lewat kreasi dan kapabilitas kecerdasan nuraninya sebagai “corong peradilan”. Namun, didasarkan pada kalkulasi matematis hukum pasar yang disterilkan dari pengaruh kontrol moral profesinya. Kekuatan moral keagamaan, misalnya, tidak diperlakukan sebagai pengendali dan penyelamat peran yudisialnya. Melainkan sebatas sebagai pembenar-pembenar petualangannya yang berada dalam koridor “desain” perempuan.

Kalau sudah begitu, kejahatan bercorak extraordinary atau kejahatan sempurna sulit terbendung dari keniscayaan untuk hadir, eksis, dan mengeksplosi di tengah relasi sosial, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Kejahatan itu bahkan punya kemampuan untuk bereksperimen dan memberdayakan guna menunjukkan posisi tawar dan gugatnya dengan tingkat kapabilitas profetik dan moralnya. Mereka tidak bisa menghindar dari realitas ancaman besar berupa reduksi jati diri atau terkooptasinya ketahanan moral, apalagi ketika dihadapkan pada kasus-kasus yang secara langsung berelasi dengan kepentingan dan ambisi perempuan yang tak kenal titik nadir menghegemoni.

Imbas makro dari keterjajahan moral elite strategis yudisial itu adalah jatuhnya korban citra penegakan hukum dan menguatnya fenomena pembusukan kode etik profesi dan norma hukum. Nasib pencari keadilan dan negara hukum tak ubahnya sebagai objek yang dikomoditaskan atau dieksploitasi habis-habisan oleh kekuatan yang berhasil menjadikan perempuan sebagai kartu truf.

Catatan:

Tulisan saya ini telah terbit di surat kabar Jawa Pos pada 16 November 2009. Saya menyalin tulisan ini dari beberapa tautan yang menerbitkan ulang tulisan saya ini. Terima kasih atas apresiasi yang diberikan. Berikut beberapa tautan yang menyalin rekat artikel saya ini: antikorupsi.org dan gagasanhukum.wordpress.com

Share:

Friday, February 11, 2022

Selamat Bertambah Usia, Papa

Seharusnya kita masih bercanda tawa
Seharusnya kita masih bersama
Melihatmu yang semakin renta

Seharusnya kutunggu kau termangu
Menanti akankah ada lilin untukmu
Kami bersembunyi di balik pintu
Siapkan kejutan untukmu

Lambat laun kau kan tersipu
Senyum tersungging di bibirmu
Bahagia sudah tentu

Kau panjatkan doa perlahan
Haru biru tak mampu kau simpan
Ah, semua kini tinggal kenangan
Kau ingat, bukan?

Kini, kumenemuimu dalam doa
Di lantunan ayat-ayat ciptaan Yang Kuasa
Dengarkan ya, di sana
Semoga melapangkan jalanmu ke surga
Menerangi langkahmu ke firdausNya

Al-Faatihah, kubaca
Al-Faatihah, kubaca
Al-Faatihah, kubaca
Untukmu senantiasa

Selamat bertambah usia, Papa

12 Februari 2022
Share:

Thursday, February 10, 2022

TUJUH HARI

tujuh hari kepergianmu
tujuh hari berlalu

tujuh hari kepulanganmu
tujuh hari berlalu

kepada pemilik jiwamu
kepada pemberi usiamu

aku ingin terbiasa
meski belum bisa
aku berjanji, akan mencoba

membahagiakanmu dengan caraku
mengenangmu dalam karyamu

papa
yang kucinta
engkaulah segala
sayap pelindung yang sempurna
pemilik hati seluas samudera
dengan raga sekuat baja
menemaniku hingga tutup usia

papa
tenang ya, di sana
temui kami di persimpangan doa
tempat segala munajat bermuara

Kau Milik Sang Kuasa
kini kau dijaga dan bahagia
tunggu aku ya

kelak kita kan bersua

10 Februari 2022
7 hari kepulanganmu
Share:

Monday, February 7, 2022

Belahan Jiwa

Belahan jiwa
Kau pergi tanpa pertanda
Kau berpesan tanpa perantara
Ternyata kau akan tinggalkan dunia
Kau menyudahi waktu kita untuk bersama

Belahan jiwa
Sakit yang kau rasa, kami tak memahaminya
Duka luka yang melanda, kau kuat hadapinya
Hingga hembusan napas pamungkas
Kau biarkan senyummu terlepas
Agaknya, tangis kami pun hingga kebas

Maafkan buah hatimu
Masih kurang sabarku
Masih saja hadir mengeluhku
Masih terus aku menggerutu
Masih masih masih penuh aku

Maafkan aku

Aku yang runtuh tanpamu
Aku yang rapuh ditinggalkanmu
Aku yang jatuh
Aku yang meluruh

Di sini
Terus mencintai
Tanpa henti

Menantimu
Terus merindu
Kasih dan sayangmu

Tenanglah
Tenanglah
Tenanglah
Aku tak akan menyerah

Belahan jiwaku
Aku mencintaimu

Rest in Love,
Malang, February 4, 2022

Share:

Sunday, January 2, 2022

RECAP 2021

2 Januari 2022

Selamat tahun baru, teman-teman semua. Sepertinya dua tahun terakhir telah menjadi tahun yang berat bagi kita semua. Banyak kehilangan. Banyak kesedihan. Banyak keputusasaan. Banyak kegelisahan. Banyak ketidakpastian. Banyak kemarahan. Dan perasaan-perasaan lain yang campur aduk.

Ini semua tidak mudah. Bagi siapa saja.

Kepada yang sampai detik ini telah berhasil bertahan dan tetap kuat, kalian semua hebat. Kita semua hebat. Kita tetap bisa bertahan di tengah keporakporandaan dan ketidakadilan yang mungkin kita rasakan. Satu hal ya harus kita yakini, Tuhan ada. Tuhan mendengarkan kita. Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan. Tuhan pasti sedang menyembunyikan pesan. Kita diminta untuk menemukan pesan tersebut dan menghayati makna di dalamnya.

2021

Banyak peristiwa dan airmata di dalamnya. 

Jatuh, lalu kembali bangkit. 

Sakit, lalu bersemangat untuk sehat.

Gagal, lalu kembali mencoba.

Menangis, lalu kembali tertawa.

Sedih, lalu kembali bahagia.

Bukankah seperti itu hakikat hidup ini?

Beberapa ketidakadilan yang hadir mungkin diciptakan Tuhan untuk menjadikan kita semakin tangguh dan kuat. Di baliknya, terdapat misteri yang masih disimpan rapi oleh Tuhan. Manusia hanya mampu berencana. 

Semoga tahun 2022 membawa keberkahan bagi kita semua. Aaamin

Share: