-jiwa-
aku lelah pula melihatmu terluka. berteriaklah sekuatnya, serukan koyakan yang terasa menyakitkan. jangan ragu membela dirimu. jangan segan mengutarakan niatmu. jangan biarkan sakit menyerang dan menghantam. sudah terlampau lama kau menjadi penyakitan. jiwa, jangan diam saja. katakan dengan lantang dan terbuka. mereka perlu mendengarnya.
-jiwa-
apa sebenarnya yang lama tersembunyi di sudut ruangmu yang sepi. adakah bahagia terselip walau seinci? adakah senyum merekah tanpa membuatmu terbelah? adakah ketulusan yang ikhlas tanpa kepamrihan? sanggupkah kau memiliki arti tanpa kacau oleh definisi yang layak kau hindari? jiwa, kau milikmu seutuhnya. mereka tidak berhak melukainya.
-jiwa-
kapan terakhir kali bahagia bagimu tampak nyata? goresan luka itu sudah terlalu lama bersemayam di sana. jangan biarkan berlama. serpihan luka itu harus dibuang, seketika. dalam sebuah nubuat, aku memintamu dijaauhkan dari seburuknya niat. jiwa, kemari, mendekat. berbicaralah denganku seolah waktu tidak pernah mengganggu. bercandalah denganku seolah nyata hanya berisi tawa bahagiaku. cukup bukan, itu bagimu?
tidak ada satu hal pun yang berhak untuk melukai hati dan jiwa seseorang
ReplyDelete*kemudianterpeleset
well, it is (still) hurt, anyway. :)
Delete