Monday, November 4, 2013
Thursday, October 31, 2013
sebuah terminal hati
sering sekali dalam hidup ini saya hanya ingin lari menjauh dan pergi.
ketika menghadapi kerikil tajam yang menyiksa jemari, seolah raga ini sudah tidak kuat berdiri.
yang ada hanya harapan untuk pergi agar tidak cepat-cepat mati.
mudah sekali.
seringkali saya bermimpi.
saya mempunyai sebuah pintu yang siap membawa saya pergi,
di saat dunia seolah lelah berkooperasi.
rasanya hati ini sudah menjadi sasaran tembak berbagai jenis peluru penuh amunisi
yang dengan cepat bisa menghabisi.
sampai mati.
begitu angkuhnya saya ingin mati seolah-olah tabungan pahala sudah di atas rata-rata.
seolah-olah kubangan dosa sudah dinetralkan oleh amal dan budi baik terhadap sesama.
betapa congkaknya.
tidak, tentu tidak demikian.
saya hanya tidak sadar dengan apa yang akan menanti di depan saya.
terlalu terburu-buru saya menggampangkannya.
ah, sudahlah.
saya menulis apa.
saya hanya ingin lari secepatnya.
jangan dikejar.
jangan temukan saya.
nanti saja. saya cari kamu.
have a happy birthday, me
Malang, October 29, 2013
hidup dan mati adalah sebuah ketetapan
namun, menjadi dewasa adalah sebuah pilihan
selamat bertambah usia
:))
Wednesday, October 23, 2013
Wednesday, October 9, 2013
Tuhan - Maha Memberi Sandaran
Tuhan,
melalui apa aku bisa bertemu denganMu?
perantara seperti apa yang kan mendekatkanku kepadaMu?
kata mereka yang pandai agama
aku hanya perlu merengkuhMu melalui doa
tapi, aku tidak percaya
aku memang arogan luar biasa
Tuhan,
bolehkah aku mencuri perhatian?
halal, bukan, kalau aku berlomba mengambil hatiMu?
tolong, jangan jemu
aku memang sedikit lambat dan tak pintar berperilaku hebat
lihatlah, aku perlahan mendekat
dengan caraku, yang tidak mereka tahu
Tuhan,
lambat laun aku percaya
aku berdoa
dengan bahasa yang kubisa
dengan cara paling sederhana
tidak apa-apa ya?
Tuhan,
aku menemukanMu di segala
dalam raga yang tak lelah lantunkan doa
dalam jiwa yang tak ragu untuk percaya
dalam detak pertanda diri masih bernyawa
di sanalah Kau sejatinya ada
Kau selalu ada.
aku saja yang sering sangsi dan tidak percaya.
Monday, September 30, 2013
di sebuah sudut toko buku
di sebuah sudut toko buku, kita bertemu.
menikmati kenangan semu yang tersaji dengan rapi di setiap sisi. terkunci. kamu berdiri dan termenung seolah bercanda dengan memori yang lalu lalang tak kunjung henti. kamu tersadar, barisan judul di setiap buku itu memiliki arti sendiri. sedangkan aku, hanya memandang dengan raut wajah tak mengerti. tapi sudahlah, sosokmu memiliki keindahan tersendiri. karena memandangimu berdiri di situ sudah cukup menawarkan kehausanku akan keindahan yang hakiki.
di sebuah sudut toko buku, kita bertemu.
seperti biasa, tanpa sapa, tanpa suara, dan tanpa aksara. hanya diam yang memiliki makna lebih dari ribuan rasa. aku mencoba memahami mimik wajahmu yang (lagi-lagi) termenung di sudut toko buku itu. entah apa daya pikat judul buku dan ilustrasi sampul depannya sehingga mampu menjerat pandanganmu sebegitu lamanya. ah, iri aku rasanya. kamu masih berdiri di sudut ruang yang sama. dengan ekspresi yang terkadang penuh suka yang membuatku jatuh dalam genangan rasa.
di sebuah sudut toko buku, kita bertemu.
ada kalanya ekspresimu berubah pias dan penuh kemarahan. ingin rasanya aku menghampiri dan menenangkan. namun aku terlalu takut kamu acuhkan, terlebih kamu abaikan. tentu rasanya akan menyakitkan. maka di sinilah aku, mendoakanmu semoga amarahmu lekas mereda dan menyunggingkan senyum yang menyejukkan dunia. duniaku. ada sebenarnya denganmu? adakah seseorang menguji kesabaranmu? berceritalah kepadaku. jika tiba sudimu.
di sebuah sudut toko buku, kita bertemu.
hari itu kamu hadir dengan wajah yang tak biasa. pucat pasi tanpa ekspresi yang biasanya mudah kumengerti dan kuinterpretasi. seolah ribuan kenangan telah menjatuhkanmu dalam kubangan luka hati yang begitu dalam. ada apa lagi denganmu? adakah rindu membuatmu mati tergugu? ataukah cinta membuat jarak antaramu dan benci mendekat berlipat ganda? ada apa sebenarnya?
di sebuah sudut toko buku, kita bertemu.
tapi kini, lama tak kulihat wajahmu lagi. wajahmu dengan warna warni ekspresi yang meramaikan hati. tidak ada lagi. ke manakah kamu? apakah kamu pergi mengejar kenangan yang memabukkan? ataukah kamu mengunjungi toko buku lainnya yang menyajikan kenangan bahagia tanpa luka? aku hanya bisa menerka tanpa tahu kebenaran itu seperti apa.
di sebuah sudut toko buku, kini tinggal aku. tanpamu.
menunggumu. kalau saja kamu kembali, menceritakan kepadaku kisah lain yang mengembalikan semangatku.
dan membantuku bangkit dari kenangan semu.
di sebuah sudut toko buku.
aku, kamu.
Thursday, September 26, 2013
true loveeeee~ true loveeeee~
true love, true love
it must be true love
nothing else can break my heart like
true love, true love,
it must be true love
no one else can break my heart like you
it must be true love
nothing else can break my heart like
true love, true love,
it must be true love
no one else can break my heart like you
hayoooo tau nggak itu lirik lagu siapa? tahu Pink kan ya? lirik di atas adalah lirik lagu Pink yang judulnya True Love. kenapa hanya bagian itu saja yang saya letakkan di sini? karena lirik tersebut menarik. simpel. :)
manusia mana di dunia ini yang tidak pernah merasakan cinta sama sekali? pasti nggak ada. pasti. berbicara tentang cinta memang nggak pernah ada habisnya. semua hal di dunia ini pasti nggak pernah jauh-jauh dari yang namanya cinta. bahkan sepertinya cinta sudah menjadi sebuah komoditas dan dikomersialkan di mana-mana. gimana mau nggak komersial kalau 99% film pasti akan ada kisah cinta-cinta-annya. 99% lagu juga liriknya tentang cinta. begitu juga dengan buku, novel, artikel, bahkan berita pembunuhan di koran pun banyak yang diakibatkan oleh cinta (naudzubillah).
cinta itu sering asik-asik berbahaya. berbahaya kalau sampai merusak logika. dan berbahaya kalau ketika logikanya sudah rusak, akhirnya menyakiti sesama. jangan deh ya. :)))
balik lagi ke Pink.
lagu ini musiknya riang riang ceria menyenangkan. secara keseluruhan, liriknya juga bagus. lirik lagu ini lugas, apa adanya, nggak dibuat-buat, tapi juga artinya 'dalem' dan 'jleb'. :))) memang benar kalau ada yang mengatakan bahwa orang yang PALING kita cintai adalah orang yang juga PALING bisa menyakiti. BENER. itu BENER BANGET. :)))
logikanya, ketika kita sudah sangat mencintai seseorang, kita tentu mempunyai ekspektasi, entah ekspektasi apapun itu. besarnya ekspektasi dan pengharapan kita itu yang justru membuat kita lemah ketika yang diharapkan ternyata tidak dapat tercapai. sakit, sih, memang, tapi memang di situ unik, asik, dan antiknya cinta. mau sepahit apapun, kita nggak akan bisa menolak, mengusir, atau memaksanya masuk di dalam hati kita. iya, nggak?
jatuh cinta itu lumrah dan manusiawi. tapiii, jangan sampai seperti lagunya Agnes Monica ya: cintaaa iniii.. kadang kadang tak ada logikaaa.. jangan lah ya. cinta itu harus tetap dibarengi dengan logika. Tuhan memberikan kita anugerah bernama cinta tentu ada maksudnya. tapi, tentu Tuhan juga ingin kita bersikap bijak mengelola segala perasaan cinta yang kita punya itu. okeh?
:))
Tuesday, September 17, 2013
pasangan terhebat
kamu tahu, kita adalah pasangan terhebat yang pernah diciptakan Tuhan di jagad raya yang fana ini. sadarkah kamu? kemarilah, pasang telingamu, dengarkan merdu kisahku.
laksana dahulu,
adalah Aku dan Kamu. sosok kecintaan Tuhan selalu. tentu.
kita bertahan di segala rintangan. kita tak tergoyahkan di sela ujian dan cobaan.
perhatikan. perlahan.
betapa hebat saat kita saling menguatkan.
bermula dari raut wajah tanpa senyum dariku yang menyapamu, di depanku. pada kala itu, belum ada kata kita. belum ada keinginan untuk terus dan terus bersama. kita hanya menjalaninya tanpa berharap apa-apa.
sepertinya Tuhan sedang kurang kerjaan. setelah sepakat untuk menambah kata 'kita' dalam perbendaharaan bahasaku dan bahasamu, Tuhan seolah kelebihan semangat untuk menguji kekokohan yang baru terbentuk perlahan.
perasaan yang naik turun tidak karuan.
pertengkaran demi pertengkaran yang mencoba menggoyahkan.
tapi, hei, lihat, Tuhan. godaanMu justru menguatkan. menguatkan kita.
entah apa yang nanti Kau siapkan bagi kamu berdua, kami tidak lagi merasa sangsi. entah itu surga, entah itu neraka, sudahlah, biarkan kami berdua di dalamnya.
kami hadapi berdua.
Tuhan, Kau mengerti maksudku bukan?
bukankah Kau adalah Maha Muara Kepintaran?
tentunya bahasa bodoh manusia sepertiku tidak terlalu sulit untuk dimengerti dan diketahui.
hei, kamu.
maaf, baru saja aku asyik berdiskusi dan tawar menawar dengan Tuhan.
maaf kalau kelewatan dan kamu sedikit tersisihkan.
tapi tenanglah, Tuhan Maha Pengertian.
kamu tahu kan, kita pasangan terhebat yang pernah diciptakan Tuhan. dalam jarak terjauh pun, tidak ada yang mampu mengubah dan meruntuhkan cinta kita.
deras airmataku mengingat kenyataan yang seperti setan. kenyataan yang pahitnya menyesakkan.
tapi apa boleh buat?
Tuhan Maha Memberi Keputusan.
kamu di depanku;
kamu yang paling aku rindu;
kamu yang selalu aku cinta;
kamu yang senantiasa aku damba;
ironisnya,
kamu pula satu-satunya hal yang paling gagal diijinkan oleh Tuhan untuk hadir dengan nyata di hidup kita berdua. aku ingin menjadi lebih dari sekedar bayang-bayang.
Tuhan, apakah permintaanku berlebihan?
jawab aku. SEGERA.
Friday, September 13, 2013
Kaidah Luka
ada apa dengan luka?
setiap orang seolah menjauhinya
lupakah mereka?
dunia seisinya tidak kenal bahagia
tanpa luka
naif juga
menuntut bahagia tanpa mengerti kaidah luka
bukankah ujian Tuhan bisa berupa-rupa?
bisa jua berwujud sebongkah luka
tentunya
apakah persoalan luka yang manusia takutkan?
kurangkah Tuhan menyajikan janji akan penebusan?
bahu pemberian Tuhan lengkap dengan kekuatan
ujian Tuhan juga punya batasan
lalu?
sejenak luangkan waktumu
renungkan di pilumu
lukakah itu?
atau azab terpantas bagimu?
yang pasti
bahagia menanti.
setiap orang seolah menjauhinya
lupakah mereka?
dunia seisinya tidak kenal bahagia
tanpa luka
naif juga
menuntut bahagia tanpa mengerti kaidah luka
bukankah ujian Tuhan bisa berupa-rupa?
bisa jua berwujud sebongkah luka
tentunya
apakah persoalan luka yang manusia takutkan?
kurangkah Tuhan menyajikan janji akan penebusan?
bahu pemberian Tuhan lengkap dengan kekuatan
ujian Tuhan juga punya batasan
lalu?
sejenak luangkan waktumu
renungkan di pilumu
lukakah itu?
atau azab terpantas bagimu?
yang pasti
bahagia menanti.
sekarat
kamu pernah jatuh cinta seperti aku?
apa kamu pernah merasa lebih jatuh cinta dari aku?
rasanya tidak akan pernah kering airmataku.
salahkah aku yang terlalu sering menangisimu?
di sela kemarahan yang hadir.
di antara perdebatan yang tersinyalir.
di tengah adu mulut yang tak kunjung berhenti mengalir.
setiap jauh darimu.
seolah aku punya seribu satu cara untuk mendapatkan perhatianmu.
aku bisa sakau rindu tanpa pedulimu.
apa memang hanya aku yang mulai membutuhkanmu?
apa memang hanya aku yang sekarat tanpamu?
apa kamu pernah merasa lebih jatuh cinta dari aku?
rasanya tidak akan pernah kering airmataku.
salahkah aku yang terlalu sering menangisimu?
di sela kemarahan yang hadir.
di antara perdebatan yang tersinyalir.
di tengah adu mulut yang tak kunjung berhenti mengalir.
setiap jauh darimu.
seolah aku punya seribu satu cara untuk mendapatkan perhatianmu.
aku bisa sakau rindu tanpa pedulimu.
apa memang hanya aku yang mulai membutuhkanmu?
apa memang hanya aku yang sekarat tanpamu?
Wednesday, September 4, 2013
Menggagalkan Takdir
Tuhan,
apakah takdirku sudah Kau tetapkan?
bagaimana kalau aku menyusun rencana menggagalkan?
bisakah?
bukan. bukannya aku tidak percaya dengan apa yang Kau tetapkan untukku.
hanya saja,
bisakah Kau libatkan aku,
berdiskusi denganku,
dan luangkan waktu sibukMu untuk memahami keinginanku?
ah, ini memang hanya imajinasiku
untuk terlibat dalam persidangan takdir dan ketetapanMu
memangnya siapa aku?
yang dengan pongah menawarkan diri untuk Kau anak emaskan
memangnya apa istinewaku?
yang dengan angkuh berkeinginan agar pintanya dikabulkan
Tuhan, dengar dulu
pintaku tak melulu
ini rahasia antara aku dan Kamu
Kau tentu tahu, dia sangat aku rindu
yang kuinginkan hanya satu
ya itu, satu
jadikan aku dan dia, satu
bersama selalu
bisa kan tentu?
apakah takdirku sudah Kau tetapkan?
bagaimana kalau aku menyusun rencana menggagalkan?
bisakah?
bukan. bukannya aku tidak percaya dengan apa yang Kau tetapkan untukku.
hanya saja,
bisakah Kau libatkan aku,
berdiskusi denganku,
dan luangkan waktu sibukMu untuk memahami keinginanku?
ah, ini memang hanya imajinasiku
untuk terlibat dalam persidangan takdir dan ketetapanMu
memangnya siapa aku?
yang dengan pongah menawarkan diri untuk Kau anak emaskan
memangnya apa istinewaku?
yang dengan angkuh berkeinginan agar pintanya dikabulkan
Tuhan, dengar dulu
pintaku tak melulu
ini rahasia antara aku dan Kamu
Kau tentu tahu, dia sangat aku rindu
yang kuinginkan hanya satu
ya itu, satu
jadikan aku dan dia, satu
bersama selalu
bisa kan tentu?
Saturday, August 17, 2013
sebuah nama
aku memanggil namamu
apa kau dengar itu?
pelan memang suaraku
lirih senandungkan lagu rindu
iya, aku merindukanmu.
seperti pertama saja berpisah lama
tradisionalnya cinta
mungkin begitu kata mereka
mereka tahu apa memangnya?
tidak pernah mereka benar-benar jatuh cinta
sejatuhnya.
aku memanggil namamu
dalam gesekan daun pagi di samping jendela kamarmu
dalam hembusan angin yang membelai rambutmu
dalam gemericik air yang membasuh keningmu
ada aku
yang merindukanmu.
aku memanggil namamu
mentari tahu
bulan membiarkanku
hatimu mendengarkanku
lalu kamu?
juga tahu?
juga rindu?
apa kau dengar itu?
pelan memang suaraku
lirih senandungkan lagu rindu
iya, aku merindukanmu.
seperti pertama saja berpisah lama
tradisionalnya cinta
mungkin begitu kata mereka
mereka tahu apa memangnya?
tidak pernah mereka benar-benar jatuh cinta
sejatuhnya.
aku memanggil namamu
dalam gesekan daun pagi di samping jendela kamarmu
dalam hembusan angin yang membelai rambutmu
dalam gemericik air yang membasuh keningmu
ada aku
yang merindukanmu.
aku memanggil namamu
mentari tahu
bulan membiarkanku
hatimu mendengarkanku
lalu kamu?
juga tahu?
juga rindu?
Tuesday, July 16, 2013
Memiliki (tidak) Sama dengan Mencintai
apakah pernah kita sejenak berfikir tentang apakah definisi dari mencintai? tapi biasanya setiap kali ditanya apa itu cinta dan apa itu mencintai, sebagian besar orang akan mengatakan bahwa 'cinta' atau 'mencintai' adalah sebuah pengertian yang terlalu luas, terlalu relatif, dan terlalu abstrak untuk diuraikan dalam kalimat-kalimat berbahasa.
hmmm..
maaf, tapi saya keras kepala. saya masih saja ingin menguraikan maknanya secara perlahan. setidaknya, menurut pemikiran saya dan pengalaman yang saya punya (entah itu saya alami sendiri, hasil saya mengamati, hasil saya ngerumpi, atau hasil saya nguping sana sini). itu terserah saya. sepakat?
baik.
ketika kita pergi ke sebuah mall, atau yah.. toko lah minimal, kita pasti akan mempunyai keinginan untuk membeli sesuatu. entah apapun itu. di saat kita memiliki uang untuk membeli barang tersebut, kita (biasanya) tidak akan ragu untuk segera membelinya dan segera memiliki barang tersebut. NAH! muncul kata memiliki, kan? setelah kita memberikan uang kepada sang penjual, barang tersebut berpindah tangan ke tangan kita dan bisa kita bawa pulang untuk kita miliki.
sederhananya, demikianlah bagi saya definisi memiliki. bagi saya, memiliki yang mempunyai arti mendekati absolut hanya bisa diaplikasikan pada benda-benda. yah, ini sih analogi saya saja. kalian boleh, kok, mempunyai analogi lainnya. ;)
lalu, apa hubungannya memiliki dengan mencintai?
banyak orang yang sedang jatuh cinta dan memiliki pasangan menyalahkaprahkan definisi tersebut. asumsi yang banyak saya temui adalah ketika mereka sudah memiliki pasangan, maka pasangan tersebut adalah miliknya seorang. (kalau tertawa ala @sudjiwotedjo begini: heuheuheuheu..)
saya pernah membaca di sebuah akun Twitter sebuah kalimat menarik. begini kalimatnya: a beautiful girl never really belongs to you.
hahahahaha, see? pernyataan tersebut sedikitnya sudah membuktikan bahwa kita tidak pernah bisa memiliki siapapun. semua manusia di dunia ini hakikatnya hanya milik satu saja, Tuhan Yang Esa. :) sederhana bukan?
kembali lagi.
mencintai memang hak setiap manusia di bumi ini. siapapun berhak mencintai siapapun. tidak ada hukum yang melarang kita mencintai siapa. tapi, bukan berarti ketika kita sudah mendapatkan cinta orang yang kita harapkan mencintai kita maka kita berhak mengklaim dia sebagai 'milik' kita. NO. kalaupun terucap kata 'kepemilikan' itu, kepemilikan itu bukanlah kepemilikan absolut yang lalu menghalalkan diri kita berbuat semena-mena dan seenaknya.
mencintai harus dikembalikan kepada hati. mencintai TIDAK sama dengan memiliki.
bahkan seringkali, mencintai juga berarti membiarkan cinta kita berdiri sendiri.
tanpa diketahui.
tanpa dibalas dengan dicintai.
atau bahkan, sering juga, yang mencintai itu ditinggal pergi.
tapi, ada juga yang saling mencintai. banyak. :)
cheers.
hmmm..
maaf, tapi saya keras kepala. saya masih saja ingin menguraikan maknanya secara perlahan. setidaknya, menurut pemikiran saya dan pengalaman yang saya punya (entah itu saya alami sendiri, hasil saya mengamati, hasil saya ngerumpi, atau hasil saya nguping sana sini). itu terserah saya. sepakat?
baik.
ketika kita pergi ke sebuah mall, atau yah.. toko lah minimal, kita pasti akan mempunyai keinginan untuk membeli sesuatu. entah apapun itu. di saat kita memiliki uang untuk membeli barang tersebut, kita (biasanya) tidak akan ragu untuk segera membelinya dan segera memiliki barang tersebut. NAH! muncul kata memiliki, kan? setelah kita memberikan uang kepada sang penjual, barang tersebut berpindah tangan ke tangan kita dan bisa kita bawa pulang untuk kita miliki.
sederhananya, demikianlah bagi saya definisi memiliki. bagi saya, memiliki yang mempunyai arti mendekati absolut hanya bisa diaplikasikan pada benda-benda. yah, ini sih analogi saya saja. kalian boleh, kok, mempunyai analogi lainnya. ;)
lalu, apa hubungannya memiliki dengan mencintai?
banyak orang yang sedang jatuh cinta dan memiliki pasangan menyalahkaprahkan definisi tersebut. asumsi yang banyak saya temui adalah ketika mereka sudah memiliki pasangan, maka pasangan tersebut adalah miliknya seorang. (kalau tertawa ala @sudjiwotedjo begini: heuheuheuheu..)
saya pernah membaca di sebuah akun Twitter sebuah kalimat menarik. begini kalimatnya: a beautiful girl never really belongs to you.
hahahahaha, see? pernyataan tersebut sedikitnya sudah membuktikan bahwa kita tidak pernah bisa memiliki siapapun. semua manusia di dunia ini hakikatnya hanya milik satu saja, Tuhan Yang Esa. :) sederhana bukan?
kembali lagi.
mencintai memang hak setiap manusia di bumi ini. siapapun berhak mencintai siapapun. tidak ada hukum yang melarang kita mencintai siapa. tapi, bukan berarti ketika kita sudah mendapatkan cinta orang yang kita harapkan mencintai kita maka kita berhak mengklaim dia sebagai 'milik' kita. NO. kalaupun terucap kata 'kepemilikan' itu, kepemilikan itu bukanlah kepemilikan absolut yang lalu menghalalkan diri kita berbuat semena-mena dan seenaknya.
mencintai harus dikembalikan kepada hati. mencintai TIDAK sama dengan memiliki.
bahkan seringkali, mencintai juga berarti membiarkan cinta kita berdiri sendiri.
tanpa diketahui.
tanpa dibalas dengan dicintai.
atau bahkan, sering juga, yang mencintai itu ditinggal pergi.
tapi, ada juga yang saling mencintai. banyak. :)
cheers.
Saturday, July 6, 2013
Kita dan Jarak
menurutmu, apa yang membuat kita nampak seperti sembilu yang saling menyakiti ulu? jarak, katamu. biarkan sejenak aku berpikir. sebentar.. aku ingin bertanya kepada mereka, apakah sebenarnya jarak itu?
kata mereka:
"jarak adalah bilangan yang memiliki kekuatan untuk memisahkan."
aku berlari menuju jawaban lain. aku belum puas.
"jarak adalah angka yang terlambang atas suatu tempat dan tempat lainnya."
ah, sama saja.
bukan ini. bukan ini. begitu teriakan hatiku bertalu.
lalu?
aku harus bertanya kepada siapa ya kira-kira?
aku sendiri berpribadi yang bermusuhan dengan jarak. namun bukan jarak yang bilangan. bukan pula jarak yang tersusun dari angka puluhan, ratusan, jutaan, atau bahkan milyaran.
jadi begini..
aku mencintaimu. akan selalu begitu.
tiba-tiba makhluk [yang katanya] bernama jarak ini hadir di antara kita. tidak jauh, mungkin hanya beberapa ratus kilometer saja. [ah, lagi-lagi angka] [ah, angka lagi, angka lagi]
tapi,
mengapa anehnya aku tidak pernah merasa jauh darimu, ya? bagiku, hatiku adalah rumah untukmu. begitupun kamu yang mendeklarasikan hatimu sebagai rumahku. begitulah, perjanjian atas ikatan entah ikatan apa yang kita punya dan sepakati bersama.
begitu bukan, Sayang?
Sayang, bukankah bagi kita jarak memiliki definisi lain? dan kita sudah bersumpah janji bahwa jarak itu tidak diijinkan memasuki pintu manapun dalam ruang relung kita.
sudah, jangan bingung. jarak ya jarak.
bagi kami, para pecinta sejati ini, jarak terjauh bukan milyaran kilometer atau milyaran tahun cahaya yang terhitung dan terefleksikan dalam ukuran angka.
bukan.
jarak adalah ketika kalian bersama, berdua, saling menatap mata dan menyelami isi hati berdua, tidak ada lagi kata kita, tidak lagi ada bersama, dan tidak lagi ada cinta.
itulah hakikat jarak sesungguhnya.
mengertikah?
kata mereka:
"jarak adalah bilangan yang memiliki kekuatan untuk memisahkan."
aku berlari menuju jawaban lain. aku belum puas.
"jarak adalah angka yang terlambang atas suatu tempat dan tempat lainnya."
ah, sama saja.
bukan ini. bukan ini. begitu teriakan hatiku bertalu.
lalu?
aku harus bertanya kepada siapa ya kira-kira?
aku sendiri berpribadi yang bermusuhan dengan jarak. namun bukan jarak yang bilangan. bukan pula jarak yang tersusun dari angka puluhan, ratusan, jutaan, atau bahkan milyaran.
jadi begini..
aku mencintaimu. akan selalu begitu.
tiba-tiba makhluk [yang katanya] bernama jarak ini hadir di antara kita. tidak jauh, mungkin hanya beberapa ratus kilometer saja. [ah, lagi-lagi angka] [ah, angka lagi, angka lagi]
tapi,
mengapa anehnya aku tidak pernah merasa jauh darimu, ya? bagiku, hatiku adalah rumah untukmu. begitupun kamu yang mendeklarasikan hatimu sebagai rumahku. begitulah, perjanjian atas ikatan entah ikatan apa yang kita punya dan sepakati bersama.
begitu bukan, Sayang?
Sayang, bukankah bagi kita jarak memiliki definisi lain? dan kita sudah bersumpah janji bahwa jarak itu tidak diijinkan memasuki pintu manapun dalam ruang relung kita.
sudah, jangan bingung. jarak ya jarak.
bagi kami, para pecinta sejati ini, jarak terjauh bukan milyaran kilometer atau milyaran tahun cahaya yang terhitung dan terefleksikan dalam ukuran angka.
bukan.
jarak adalah ketika kalian bersama, berdua, saling menatap mata dan menyelami isi hati berdua, tidak ada lagi kata kita, tidak lagi ada bersama, dan tidak lagi ada cinta.
itulah hakikat jarak sesungguhnya.
mengertikah?
Friday, July 5, 2013
Tuhan, Aku Terlahir Memalukan
Tuhan;
apakah aku terlahir memalukan?
sampai nista kerap menghampiri
dan enggan pergi?
Tuhan;
apakah aku terlahir di kubangan dosa?
sehingga surga rasanya jauh tak tergapai
hanya api neraka yang menjelaga hati
Tuhan;
apakah aku ditakdirkan berada di labirin kesesatan?
sehingga jalanku nampak tidak karuan
sehingga kebenaran hanya sebuah definisi tidak beraturan
Tuhan, apakah aku terlahir memalukan?
apakah aku terlahir memalukan?
sampai nista kerap menghampiri
dan enggan pergi?
Tuhan;
apakah aku terlahir di kubangan dosa?
sehingga surga rasanya jauh tak tergapai
hanya api neraka yang menjelaga hati
Tuhan;
apakah aku ditakdirkan berada di labirin kesesatan?
sehingga jalanku nampak tidak karuan
sehingga kebenaran hanya sebuah definisi tidak beraturan
Tuhan, apakah aku terlahir memalukan?
Tuesday, May 28, 2013
Rotasi Nama dalam Raga
saat aku ditinggalkan
hanya namamu berotasi dalam pikiran
menghalangi detail lain yang berdesakan
ingin menggantikan
tidak bisa!
kamu sudah membatu tak terganggu
bahkan oleh kuasa siapapun itu
hanya kamu.
Harga Mati!
berapa harga yang harus kupesan?
untuk menunjukkan
lihat!
namamu adalah harga mati
siapa mengganti, tidak kuijini
apa perlu kuukirkan namamu di batu nisan?
agar kamu percaya dengan keabadian?
apa perlu aku menumpahkan seluruh lautan?
agar kamu tahu
tangis yang kan menderas tanpa hadirmu?
apa perlu aku membunuh rembulan?
agar kamu mengenal hidupku tanpamu yang penuh kegelapan?
perlu?
beri tahu aku!
meja pemujaan pun akan kusiapkan
sesajian cinta, derita, airmata
lengkap untukmu semua
siapa pula aku?
wanita tidak tahu apa-apa
bersahabat dengan kecewamu
mengiris nadimu tanpa kasihanku
bisakah kamu memaafkanku?
untuk menunjukkan
lihat!
namamu adalah harga mati
siapa mengganti, tidak kuijini
apa perlu kuukirkan namamu di batu nisan?
agar kamu percaya dengan keabadian?
apa perlu aku menumpahkan seluruh lautan?
agar kamu tahu
tangis yang kan menderas tanpa hadirmu?
apa perlu aku membunuh rembulan?
agar kamu mengenal hidupku tanpamu yang penuh kegelapan?
perlu?
beri tahu aku!
meja pemujaan pun akan kusiapkan
sesajian cinta, derita, airmata
lengkap untukmu semua
siapa pula aku?
wanita tidak tahu apa-apa
bersahabat dengan kecewamu
mengiris nadimu tanpa kasihanku
bisakah kamu memaafkanku?
Tuesday, April 30, 2013
Romantisme Hati
romantisme hati;
bukan ditandai puisi
tapi diamnya hati yang tidak pernah lelah mencintai
romantisme hati;
bukan lagi dengan luapan materi
tapi naungan janji yang satu persatu ditepati
romantisme hati;
bukan duduk berhadapan dengan penuh kemanjaan
dan pujian
tapi berjauhan dan melantunkan rindu dalam doa
Bangkai Hati
seribu susunan kata
hanya meninggalkan sebuah arti di masa;
PERCAYA
berapa jemari lagi yang harus kukorbankan,
untuk menutupi
gundukan bangkai hati
yang membusuk dan berbau basi?
tahu apa kamu tentang hati?
harga diri yang kau pasang tinggi sekali
apakah cerita ini hanya akan berhenti
di titik didih anomali?
atau akan ada peleburan emosi?
mengubah latar belakang janji dan benci
menjadi kebahagiaan hati?
Penitahanmu, Pendita Ratu
malam ini aku merindukanmu, cinta
dalam buaian rembulan
rasanya sinarnya serupa rautan wajahmu
seperti lukisanmu, detail lekuk pesonamu
menjadikan kumparan otakku
sebagai singgasanamu
bahkan
angin rindu kurindu
tidak ada lagi lainnya, namun kamu
segera titahkan aku
apapun itu, kan kusetujui piturutmu
sedalam apapun harus kumenyelam
seberbahaya bagaimanapun aku harus tenggelam
aku akan datang
dengan ketulusan
dalam buaian rembulan
rasanya sinarnya serupa rautan wajahmu
seperti lukisanmu, detail lekuk pesonamu
menjadikan kumparan otakku
sebagai singgasanamu
bahkan
angin rindu kurindu
tidak ada lagi lainnya, namun kamu
segera titahkan aku
apapun itu, kan kusetujui piturutmu
sedalam apapun harus kumenyelam
seberbahaya bagaimanapun aku harus tenggelam
aku akan datang
dengan ketulusan
Sunday, April 28, 2013
cinta itu apa?
cinta itu apa?
kamu bilang, cinta itu kita
sederhana bukan?
iya, sayang. cinta itu kita yang saling bersandaran
melupakan kesedihan
dan terus menciptakan kebahagiaan
cinta itu apa?
aku bilang, cinta itu (juga) kita
mereka heran?
ah, biarkan!
tahu apa mereka, tentang kita?
tahu apa mereka, tentang cinta?
kalau mereka memberikan penghakiman
aku akan tegas berteriak lantang
"temukan cintamu sendiri"
"temukan definisi cintamu sendiri"
jangan hanya bisa plagiarisasi tanpa bukti
jangan bilang cinta;
tapi terus lancarkan aksi demagogisme hati
basi!
jadi,
hentikan menghakimi
hentikan paksaan definisi
jalan kita sendiri sendiri
mengerti?
kamu bilang, cinta itu kita
sederhana bukan?
iya, sayang. cinta itu kita yang saling bersandaran
melupakan kesedihan
dan terus menciptakan kebahagiaan
cinta itu apa?
aku bilang, cinta itu (juga) kita
mereka heran?
ah, biarkan!
tahu apa mereka, tentang kita?
tahu apa mereka, tentang cinta?
kalau mereka memberikan penghakiman
aku akan tegas berteriak lantang
"temukan cintamu sendiri"
"temukan definisi cintamu sendiri"
jangan hanya bisa plagiarisasi tanpa bukti
jangan bilang cinta;
tapi terus lancarkan aksi demagogisme hati
basi!
jadi,
hentikan menghakimi
hentikan paksaan definisi
jalan kita sendiri sendiri
mengerti?
Purnama Tanpa Daya
sampai kapan kau mengusik kedamaian hatiku?
lantunan seribu melodi tidak mampu mengobati
hati yang memerah, ternoda darah
airmata yang memerih, teriris pedih
harus kunanti hingga purnama ke berapa?
agar mata hatimu terbuka
mengurangi daya yang semakin hilang upaya?
saat kau datang,
kau hanya tinggalkan langit petang
sisakan sejengkal ruang menyesakkan
seperti apakah sebenarnya wujud surga yang sejati?
ke manakah taman hati yang dulu kusinggahi?
di pelataran hati
yang kau miliki?
terlalu jauhkah dia pergi?
lantunan seribu melodi tidak mampu mengobati
hati yang memerah, ternoda darah
airmata yang memerih, teriris pedih
harus kunanti hingga purnama ke berapa?
agar mata hatimu terbuka
mengurangi daya yang semakin hilang upaya?
saat kau datang,
kau hanya tinggalkan langit petang
sisakan sejengkal ruang menyesakkan
seperti apakah sebenarnya wujud surga yang sejati?
ke manakah taman hati yang dulu kusinggahi?
di pelataran hati
yang kau miliki?
terlalu jauhkah dia pergi?
Kerajaan Hati
cinta hadir dalam suci yang tidak dikaburkan oleh benci
jangan memintanya mengelabui
jatuhku kepadamu, jangan disamakan dengan lainnya
aku, cintaku berbeda
pengutaraan janji yang diwarnai dusta
meruntuhkan pondasi percaya yang terbangun susah payah
katakan saja yang semestinya
jangan dibumbuinya hiperbola
tidak ada gunanya!
untuk apa metafora?
kalau hanya indah di aksara
kalau hanya melantun tanpa dalamnya rasa
aku di sini
akan menunggu setibamu
dengan sabar yang sedalam palung rindu
dengan setia yang seluas samudra biru
jangan memintanya mengelabui
jatuhku kepadamu, jangan disamakan dengan lainnya
aku, cintaku berbeda
pengutaraan janji yang diwarnai dusta
meruntuhkan pondasi percaya yang terbangun susah payah
katakan saja yang semestinya
jangan dibumbuinya hiperbola
tidak ada gunanya!
untuk apa metafora?
kalau hanya indah di aksara
kalau hanya melantun tanpa dalamnya rasa
aku di sini
akan menunggu setibamu
dengan sabar yang sedalam palung rindu
dengan setia yang seluas samudra biru
Perempuan di Pusaran Peradilan - Jawa Pos, 14 November 2009
Testimoni yang disampaikan Rani Juliani -yang berusaha mematahkan
“nyanyian” Wiliardi dalam kasus pembunuhan Nasrudin dan menempatkan
mantan pimpinan KPK Antasari Azhar (AA) sebagai tersangka- merupakan
bagian dari sikap dan sepak terjang Rani. Itu, secara langsung maupun
tidak, berpengaruh dalam “merias” wajah peradilan di negeri ini.
Dalam koridor tetap berpegang teguh pada asas praduga tak bersalah, tentulah kita layak membayangkan, seandainya Rani tidak masuk kehidupan Antasari -saat itu jadi “bos” KPK-sebagai “perempuan lain” (the other woman), apakah wajah peradilan bersih dari riasan karut-marut? Ataukah memang demikian besar pengaruh perempuan dalam merias (memengaruhi) atau mendesain potret dunia peradilan?
Ketika belum mencuat dugaan keterlibatan Rani dalam kasus yang menempatkan AA sebagai tersangka, wajah peradilan korupsi mulai menunjukkan pamornya. Sepak terjang KPK, menurut publik atau kalangan pencari keadilan, sudah menjadi pintu pembuka lahirnya peradilan berkeadaban baru.
KPK sudah terbukti mampu membuat wajah dunia peradilan, khususnya dalam penanganan perkara korupsi, mulai menunjukkan benderangnya. Kinerjanya membuat suatu kasus yang semula dinilai sebagai kasus mission imposible untuk dibongkar atau disentuh benar-benar mampu dirambah.
Elemen kekuasaan atau elite strategis negara seperti bupati, wali kota, menteri, gubernur, dewan, dan bahkan elemen yudisial yang berperan menyelidik, menyidik, dan menuntut terbukti sudah menjadi “korban” taring-taring KPK. Sebagaimana ditulis Husen Al-Has (2008), lembaga KPK tidak hanya akan membuat bibit-bibit koruptor patah dan mati sejak dini, tetapi jati diri Indonesia sebagai negara hukum benar-benar terlihat.
Kalau semula norma hukum sering “gagap” bahkan temaram di tangan aparat penegak hukum selain KPK, KPK mampu membuka sejarah baru dunia peradilan yang berusaha memahami dan mewujudkan aspirasi rakyat (pencari keadilan).
Namun, begitu nama Rani memasuki jagat KPK lewat AA, citra KPK ikut terpengaruh. Diakui maupun tidak, dugaan “keterpelesetan” AA dengan Rani telah menyeret problem institusional yang menampakkan hiasan simbiosis mutualisme. Dalam kasus ini, Rani seperti sedang menunjukkan power bahwa sikap dan sepak terjangnya selama ini sudah ikut merias wajah peradilan.
Memang ada istilah, kalau ada seseorang teguh secara moral, cobalah taklukkan dengan uang. Kalau orang itu masih tidak mempan dikalahkan dengan godaan uang, cobalah jinakkan dengan kekuasaan (pengaruh). Kalau masih juga tidak bisa dijinakkan dengan kekuasaan, tundukkan dengan perempuan. Sekuat-kuatnya iman (moral) seseorang, kalau yang menggoda, memengaruhi, dan berelasi dengannya adalah perempuan, integritas moralnya sulit tak terkoyak atau tak terkooptasi.
“Skenario” itu sebenarnya dapat dibaca sebagai suatu bentuk peringatan secara radikal, bahwa berelasi dengan perempuan di muka bumi ini dapat menjadi akar kriminogen yang mendorong terjadinya, maraknya, dan menguatnya problem penyimpangan norma hukum dan agama. Seseorang yang semula terkenal sebagai pilar pemberantasan korupsi atau dipercaya sebagai “Mr Clean” dalam membersihkan patologi kekuasaan bisa kehilangan keberdayaannya. Kecerdasan akalnya teramputasi dan terhegemoni.
Itu menguatkan titah suci Illahi bahwa perempuan menjadi penegak agama dan negara, namun juga bisa menjadi penghancur negara dan agama. Artinya, perempuan merupakan perias wajah sejarah pergulatan hidup manusia di muka bumi, termasuk wajah elemen strategis dunia peradilan. Siapa saja di antara elemen peradilan yang nekat memainkan atau dimainkan perempuan, dirinya akan hancur.
Dalam ranah itulah justru perempuan mampu menunjukkan hegemoninya, yang barangkali selama ini tidak pernah dimiliki. Sosok lelaki yang semula karismatik atau dikenal tegas, bijak, dan adil dalam menyikapi problem yang dihadapkan kepadanya akhirnya hanya berperan sumir karena menyerah dan kalah dalam rumus segmentasi kultural matriarkat.
Tatkala prinsip itu yang berlaku, seperti kata cendekiawan muslim Imadduddin Abdurrahim, manusia terjerumus jadi pemeluk “Tuhan triple-Ta” alias Tuhan Takhta, Tuhan Harta, dan Tuhan Wanita. Perempuan (wanita) akhirnya menjadi target monolitik yang tidak tertandingi dan diabsolutkan sebagai kekuatan utama yang menentukan pergulatan hidup dan kepentingan manusia itu sendiri. Perempuan diperlakukannya sebagai “Tuhan” yang kehadirannya dibiarkan mengalirkan “ayat-ayat” kepentingan secara spesifik.
Dalam tataran itu, elite strategis peradilan berarti terjebak sebagai objek subordinatif yang kehilangan kemerdekaan dan kecerdasan moral spiritualnya. Dia telah terkalahkan oleh berahi pemujaan “mazhab” kapitalisme tubuh, biologis, atau kekuasaan guna meraih dan mengabsolutkan keuntungan atau memenangkan kepentingan eksklusif yang sudah ditargetkannya.
Apa yang diperbuat elite strategis itu tidak dihasilkan lewat kreasi dan kapabilitas kecerdasan nuraninya sebagai “corong peradilan”. Namun, didasarkan pada kalkulasi matematis hukum pasar yang disterilkan dari pengaruh kontrol moral profesinya. Kekuatan moral keagamaan, misalnya, tidak diperlakukan sebagai pengendali dan penyelamat peran yudisialnya. Melainkan sebatas sebagai pembenar-pembenar petualangannya yang berada dalam koridor “desain” perempuan.
Kalau sudah begitu, kejahatan bercorak extraordinary atau kejahatan sempurna sulit terbendung dari keniscayaan untuk hadir, eksis, dan mengeksplosi di tengah relasi sosial, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Kejahatan itu bahkan punya kemampuan untuk bereksperimen dan memberdayakan guna menunjukkan posisi tawar dan gugatnya dengan tingkat kapabilitas profetik dan moralnya. Mereka tidak bisa menghindar dari realitas ancaman besar berupa reduksi jati diri atau terkooptasinya ketahanan moral, apalagi ketika dihadapkan pada kasus-kasus yang secara langsung berelasi dengan kepentingan dan ambisi perempuan yang tak kenal titik nadir menghegemoni.
Imbas makro dari keterjajahan moral elite strategis yudisial itu adalah jatuhnya korban citra penegakan hukum dan menguatnya fenomena pembusukan kode etik profesi dan norma hukum. Nasib pencari keadilan dan negara hukum tak ubahnya sebagai objek yang dikomoditaskan atau dieksploitasi habis-habisan oleh kekuatan yang berhasil menjadikan perempuan sebagai kartu truf.
Published in Jawa Pos, 14 Nopember 2009
by Fitrotul Maulidiyah
Dalam koridor tetap berpegang teguh pada asas praduga tak bersalah, tentulah kita layak membayangkan, seandainya Rani tidak masuk kehidupan Antasari -saat itu jadi “bos” KPK-sebagai “perempuan lain” (the other woman), apakah wajah peradilan bersih dari riasan karut-marut? Ataukah memang demikian besar pengaruh perempuan dalam merias (memengaruhi) atau mendesain potret dunia peradilan?
Ketika belum mencuat dugaan keterlibatan Rani dalam kasus yang menempatkan AA sebagai tersangka, wajah peradilan korupsi mulai menunjukkan pamornya. Sepak terjang KPK, menurut publik atau kalangan pencari keadilan, sudah menjadi pintu pembuka lahirnya peradilan berkeadaban baru.
KPK sudah terbukti mampu membuat wajah dunia peradilan, khususnya dalam penanganan perkara korupsi, mulai menunjukkan benderangnya. Kinerjanya membuat suatu kasus yang semula dinilai sebagai kasus mission imposible untuk dibongkar atau disentuh benar-benar mampu dirambah.
Elemen kekuasaan atau elite strategis negara seperti bupati, wali kota, menteri, gubernur, dewan, dan bahkan elemen yudisial yang berperan menyelidik, menyidik, dan menuntut terbukti sudah menjadi “korban” taring-taring KPK. Sebagaimana ditulis Husen Al-Has (2008), lembaga KPK tidak hanya akan membuat bibit-bibit koruptor patah dan mati sejak dini, tetapi jati diri Indonesia sebagai negara hukum benar-benar terlihat.
Kalau semula norma hukum sering “gagap” bahkan temaram di tangan aparat penegak hukum selain KPK, KPK mampu membuka sejarah baru dunia peradilan yang berusaha memahami dan mewujudkan aspirasi rakyat (pencari keadilan).
Namun, begitu nama Rani memasuki jagat KPK lewat AA, citra KPK ikut terpengaruh. Diakui maupun tidak, dugaan “keterpelesetan” AA dengan Rani telah menyeret problem institusional yang menampakkan hiasan simbiosis mutualisme. Dalam kasus ini, Rani seperti sedang menunjukkan power bahwa sikap dan sepak terjangnya selama ini sudah ikut merias wajah peradilan.
Memang ada istilah, kalau ada seseorang teguh secara moral, cobalah taklukkan dengan uang. Kalau orang itu masih tidak mempan dikalahkan dengan godaan uang, cobalah jinakkan dengan kekuasaan (pengaruh). Kalau masih juga tidak bisa dijinakkan dengan kekuasaan, tundukkan dengan perempuan. Sekuat-kuatnya iman (moral) seseorang, kalau yang menggoda, memengaruhi, dan berelasi dengannya adalah perempuan, integritas moralnya sulit tak terkoyak atau tak terkooptasi.
“Skenario” itu sebenarnya dapat dibaca sebagai suatu bentuk peringatan secara radikal, bahwa berelasi dengan perempuan di muka bumi ini dapat menjadi akar kriminogen yang mendorong terjadinya, maraknya, dan menguatnya problem penyimpangan norma hukum dan agama. Seseorang yang semula terkenal sebagai pilar pemberantasan korupsi atau dipercaya sebagai “Mr Clean” dalam membersihkan patologi kekuasaan bisa kehilangan keberdayaannya. Kecerdasan akalnya teramputasi dan terhegemoni.
Itu menguatkan titah suci Illahi bahwa perempuan menjadi penegak agama dan negara, namun juga bisa menjadi penghancur negara dan agama. Artinya, perempuan merupakan perias wajah sejarah pergulatan hidup manusia di muka bumi, termasuk wajah elemen strategis dunia peradilan. Siapa saja di antara elemen peradilan yang nekat memainkan atau dimainkan perempuan, dirinya akan hancur.
Dalam ranah itulah justru perempuan mampu menunjukkan hegemoninya, yang barangkali selama ini tidak pernah dimiliki. Sosok lelaki yang semula karismatik atau dikenal tegas, bijak, dan adil dalam menyikapi problem yang dihadapkan kepadanya akhirnya hanya berperan sumir karena menyerah dan kalah dalam rumus segmentasi kultural matriarkat.
Tatkala prinsip itu yang berlaku, seperti kata cendekiawan muslim Imadduddin Abdurrahim, manusia terjerumus jadi pemeluk “Tuhan triple-Ta” alias Tuhan Takhta, Tuhan Harta, dan Tuhan Wanita. Perempuan (wanita) akhirnya menjadi target monolitik yang tidak tertandingi dan diabsolutkan sebagai kekuatan utama yang menentukan pergulatan hidup dan kepentingan manusia itu sendiri. Perempuan diperlakukannya sebagai “Tuhan” yang kehadirannya dibiarkan mengalirkan “ayat-ayat” kepentingan secara spesifik.
Dalam tataran itu, elite strategis peradilan berarti terjebak sebagai objek subordinatif yang kehilangan kemerdekaan dan kecerdasan moral spiritualnya. Dia telah terkalahkan oleh berahi pemujaan “mazhab” kapitalisme tubuh, biologis, atau kekuasaan guna meraih dan mengabsolutkan keuntungan atau memenangkan kepentingan eksklusif yang sudah ditargetkannya.
Apa yang diperbuat elite strategis itu tidak dihasilkan lewat kreasi dan kapabilitas kecerdasan nuraninya sebagai “corong peradilan”. Namun, didasarkan pada kalkulasi matematis hukum pasar yang disterilkan dari pengaruh kontrol moral profesinya. Kekuatan moral keagamaan, misalnya, tidak diperlakukan sebagai pengendali dan penyelamat peran yudisialnya. Melainkan sebatas sebagai pembenar-pembenar petualangannya yang berada dalam koridor “desain” perempuan.
Kalau sudah begitu, kejahatan bercorak extraordinary atau kejahatan sempurna sulit terbendung dari keniscayaan untuk hadir, eksis, dan mengeksplosi di tengah relasi sosial, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Kejahatan itu bahkan punya kemampuan untuk bereksperimen dan memberdayakan guna menunjukkan posisi tawar dan gugatnya dengan tingkat kapabilitas profetik dan moralnya. Mereka tidak bisa menghindar dari realitas ancaman besar berupa reduksi jati diri atau terkooptasinya ketahanan moral, apalagi ketika dihadapkan pada kasus-kasus yang secara langsung berelasi dengan kepentingan dan ambisi perempuan yang tak kenal titik nadir menghegemoni.
Imbas makro dari keterjajahan moral elite strategis yudisial itu adalah jatuhnya korban citra penegakan hukum dan menguatnya fenomena pembusukan kode etik profesi dan norma hukum. Nasib pencari keadilan dan negara hukum tak ubahnya sebagai objek yang dikomoditaskan atau dieksploitasi habis-habisan oleh kekuatan yang berhasil menjadikan perempuan sebagai kartu truf.
Published in Jawa Pos, 14 Nopember 2009
by Fitrotul Maulidiyah
Tuesday, April 9, 2013
dalam dekap
kepadanya, cintaku lama lenyap
entah ke mana perginya dan hinggap
jangan khawatir, hatiku tidak senyap
ada kamu, yang perlahan menyerap
kamu hadir dengan kesederhanaan
bukan lagi menginginkan, kamulah kebutuhan
lagukan cintaku menuju kesatuan
aku dan kamu tidak lagi terpisahkan
aku jatuh
dinding hatiku mulai runtuh
kamu tiba dengan kesabaran penuh
menyusunnya satu-persatu, utuh
raga kita terperangkap dalam sekap
rengkuhanmu mengamankanku dalam dekap
kamu bukan hanya menaburkan harap
tanpamu, hidupku tidak lagi lengkap
aku mencinta
bukan dengan rasa
tidak karena dunia
namun, dengan seluruh jiwa
entah ke mana perginya dan hinggap
jangan khawatir, hatiku tidak senyap
ada kamu, yang perlahan menyerap
kamu hadir dengan kesederhanaan
bukan lagi menginginkan, kamulah kebutuhan
lagukan cintaku menuju kesatuan
aku dan kamu tidak lagi terpisahkan
aku jatuh
dinding hatiku mulai runtuh
kamu tiba dengan kesabaran penuh
menyusunnya satu-persatu, utuh
raga kita terperangkap dalam sekap
rengkuhanmu mengamankanku dalam dekap
kamu bukan hanya menaburkan harap
tanpamu, hidupku tidak lagi lengkap
aku mencinta
bukan dengan rasa
tidak karena dunia
namun, dengan seluruh jiwa
Monday, April 8, 2013
kebinalan cinta
cintaku kepadamu sangat original
meskipun terkadang sedikit binal
ah, mataku mulai nakal
badanmu lekas ingin kucekal
aromamu terlalu mengganggu
buyar sudah konsentrasiku
kelima indraku lumpuh karenamu
otak dan berpikirku tumpul terkena pengaruhmu
aku jatuh
kepadamu
Bunda
aku mungkin bukan buah hatimu yang sempurna
bukan pula sosok jelita
yang mampu buatmu bangga
aku mungkin terlalu biasa saja
yang sering membuatmu terluka
oleh tutur bahasa
atau perilaku yang tidak semestinya
aku rindu kau manja, sebenarnya
meskipun di usia yang tidak lagi remaja
aku anakmu yang juga bisa tak berdaya
ingin cintamu yang sepenuhnya
tahukah kamu, bunda
aku terlalu angkuh untuk bicara
terlalu congkak untuk bergelayut manja
adalah tetesan airmata
pertanda rinduku sudah kian tak terhingga
bukan pula sosok jelita
yang mampu buatmu bangga
aku mungkin terlalu biasa saja
yang sering membuatmu terluka
oleh tutur bahasa
atau perilaku yang tidak semestinya
aku rindu kau manja, sebenarnya
meskipun di usia yang tidak lagi remaja
aku anakmu yang juga bisa tak berdaya
ingin cintamu yang sepenuhnya
tahukah kamu, bunda
aku terlalu angkuh untuk bicara
terlalu congkak untuk bergelayut manja
adalah tetesan airmata
pertanda rinduku sudah kian tak terhingga
Friday, April 5, 2013
Kamu, di Pelipisku
wajahmu lama berbaring di pelipisku;
tidak mengganggu,
hanya membuatku tidak berhenti memikirkanmu
di sudut matamu masih kutemukan bayangmu
menunggu untuk ditatap dan dilarut di hariku
kamu masih sama seperti dulu
wajahmu lama berbaring di pelipisku;
tersenyum memberikan semangat di pagiku
menepis gundah yang menyesak ingin maju
menghalau sesak yang berebutan ingin menaburkan sendu
ya, cinta dan ketulusanmu menjadi benteng kasat mata milikku
wajahmu lama berbaring di pelipisku;
siap sedia saat fajar tiba
membangunkanku dengan alunan doa
menunggu dengan setia di senja
bersama merenungi hari yang kita lalui bersama
ah, bahagianya
wajahmu lama berbaring di pelipisku;
jangan pergi dulu,
tunggu aku.
tidak mengganggu,
hanya membuatku tidak berhenti memikirkanmu
di sudut matamu masih kutemukan bayangmu
menunggu untuk ditatap dan dilarut di hariku
kamu masih sama seperti dulu
wajahmu lama berbaring di pelipisku;
tersenyum memberikan semangat di pagiku
menepis gundah yang menyesak ingin maju
menghalau sesak yang berebutan ingin menaburkan sendu
ya, cinta dan ketulusanmu menjadi benteng kasat mata milikku
wajahmu lama berbaring di pelipisku;
siap sedia saat fajar tiba
membangunkanku dengan alunan doa
menunggu dengan setia di senja
bersama merenungi hari yang kita lalui bersama
ah, bahagianya
wajahmu lama berbaring di pelipisku;
jangan pergi dulu,
tunggu aku.
Wednesday, April 3, 2013
Konspirasi Raga dan Jiwa
raga dan jiwa sedang berkonspirasi
mereka menanti di titik akhir tersendiri
akan jadi apa hati yang selama ini berdiri
di tengah raga dan jiwa yang kini berjalan sendiri-sendiri
raga dan jiwa sedang berkonspirasi
raga tidak bisa merasakan sakit hati
jiwa tidak bisa merasakan sakit diri
raga dan jiwa sedang terstigmatisasi
raga dan jiwa sedang berkonspirasi
raga sedang menulis ceritanya sendiri
jiwa sedang berkelana mencari cintanya yang sejati
namun, mereka berbahagia sendiri
mereka menanti di titik akhir tersendiri
akan jadi apa hati yang selama ini berdiri
di tengah raga dan jiwa yang kini berjalan sendiri-sendiri
raga dan jiwa sedang berkonspirasi
raga tidak bisa merasakan sakit hati
jiwa tidak bisa merasakan sakit diri
raga dan jiwa sedang terstigmatisasi
raga dan jiwa sedang berkonspirasi
raga sedang menulis ceritanya sendiri
jiwa sedang berkelana mencari cintanya yang sejati
namun, mereka berbahagia sendiri
Tuesday, April 2, 2013
-jiwa-
-jiwa-
aku lelah pula melihatmu terluka. berteriaklah sekuatnya, serukan koyakan yang terasa menyakitkan. jangan ragu membela dirimu. jangan segan mengutarakan niatmu. jangan biarkan sakit menyerang dan menghantam. sudah terlampau lama kau menjadi penyakitan. jiwa, jangan diam saja. katakan dengan lantang dan terbuka. mereka perlu mendengarnya.
-jiwa-
apa sebenarnya yang lama tersembunyi di sudut ruangmu yang sepi. adakah bahagia terselip walau seinci? adakah senyum merekah tanpa membuatmu terbelah? adakah ketulusan yang ikhlas tanpa kepamrihan? sanggupkah kau memiliki arti tanpa kacau oleh definisi yang layak kau hindari? jiwa, kau milikmu seutuhnya. mereka tidak berhak melukainya.
-jiwa-
kapan terakhir kali bahagia bagimu tampak nyata? goresan luka itu sudah terlalu lama bersemayam di sana. jangan biarkan berlama. serpihan luka itu harus dibuang, seketika. dalam sebuah nubuat, aku memintamu dijaauhkan dari seburuknya niat. jiwa, kemari, mendekat. berbicaralah denganku seolah waktu tidak pernah mengganggu. bercandalah denganku seolah nyata hanya berisi tawa bahagiaku. cukup bukan, itu bagimu?
aku lelah pula melihatmu terluka. berteriaklah sekuatnya, serukan koyakan yang terasa menyakitkan. jangan ragu membela dirimu. jangan segan mengutarakan niatmu. jangan biarkan sakit menyerang dan menghantam. sudah terlampau lama kau menjadi penyakitan. jiwa, jangan diam saja. katakan dengan lantang dan terbuka. mereka perlu mendengarnya.
-jiwa-
apa sebenarnya yang lama tersembunyi di sudut ruangmu yang sepi. adakah bahagia terselip walau seinci? adakah senyum merekah tanpa membuatmu terbelah? adakah ketulusan yang ikhlas tanpa kepamrihan? sanggupkah kau memiliki arti tanpa kacau oleh definisi yang layak kau hindari? jiwa, kau milikmu seutuhnya. mereka tidak berhak melukainya.
-jiwa-
kapan terakhir kali bahagia bagimu tampak nyata? goresan luka itu sudah terlalu lama bersemayam di sana. jangan biarkan berlama. serpihan luka itu harus dibuang, seketika. dalam sebuah nubuat, aku memintamu dijaauhkan dari seburuknya niat. jiwa, kemari, mendekat. berbicaralah denganku seolah waktu tidak pernah mengganggu. bercandalah denganku seolah nyata hanya berisi tawa bahagiaku. cukup bukan, itu bagimu?
Monday, April 1, 2013
Senja dan Cahaya
kita bercanda di temaram senja
kita berbicara tanpa ujaran kata
hati kita sudah terbiasa
diam dalam rasa
cinta
aku | kamu | kita
di antara temaram cahaya
dungu
aku terlihat dungu,
saat mencintaimu
tidak ada yang tahu apa isi hatiku, entah bahagia, entah pilu
kamu hanya tahu kemasan raga luarku
mungkin nampak sempurna tanpa cacat, di matamu
hai kalian,
hentikan menghakimi dengan terus-terusan menggadaikan harga diri
saat kalian menarik simpul satu definisi, itu bukan lagi arti
sebentuk arogansi yang dilampiri kebenaran tidak hakiki
hai kalian,
mungkin aku terlihat dungu di hadapmu
berlutut, berseok, mengais rindu kekasih hatiku
yang tercecer di pelataran hatiku
tapi itu bukan urusanmu!
aku terlihat dungu,
saat mencintaimu
percayai aku
ini setulus-tulusnya aku yang terduduk menunggumu
tanpa peduli sahutan manusia lain yang mengganggu
apa pula peduliku?
Pojok Cerita
di lorong waktu yang lama berlalu
tidak kusadari selalu ada namamu
detail cerita itu ternyata menunggu
untuk kupungut dan kutunjukkan kepadamu
kita bertegur sapa
meruntuhkan tembok keegoisan kita
tawa yang mengalun perlahan
melunturkan warna arogan
yang lama menghalang
cinta hadir di ruang hati kita
tanpa mengucap salam pun berikan aba-aba
menyelinap begitu saja
menyusup dan mengalir di nadi kita
terlalu suci untuk dihindari
terlalu menggugah untuk berpasrah
terlalu indah untuk digundah
apa adanya pantas jadi jelaga
aku mencintaimu, seutuhnya
tidak kusadari selalu ada namamu
detail cerita itu ternyata menunggu
untuk kupungut dan kutunjukkan kepadamu
kita bertegur sapa
meruntuhkan tembok keegoisan kita
tawa yang mengalun perlahan
melunturkan warna arogan
yang lama menghalang
cinta hadir di ruang hati kita
tanpa mengucap salam pun berikan aba-aba
menyelinap begitu saja
menyusup dan mengalir di nadi kita
terlalu suci untuk dihindari
terlalu menggugah untuk berpasrah
terlalu indah untuk digundah
apa adanya pantas jadi jelaga
aku mencintaimu, seutuhnya
Bahagia yang Terdefinisi
definisi bahagia kita berbeda
jauh berbeda
jangan memaksa, jangan meminta
ku untuk menyamakannya
tidak akan pernah bisa
ragaku, hanya milikku
rasaku, hanya milikku
bukan urusanmu!
kamu hanya tahu sedikit sisi darinya
kalian hanya tahu yang tampak lewat mata
bagian sebenarnya, itu rahasia
kalian tidak berhak mengetahuinya
biarkan aku dan Tuhanku yang menjaganya
cukup kalian diam tanpa pretensi dan tanda tanya
jika berkenan, kalian bisa membantunya dalam doa
tidak perlu mencaci apalagi menghakimi
hatiku sudah cukup memar oleh luka
tidak perlu kau tambah garam di atasnya
seandainya kalian ingin menambah sensasi perihnya
cukup, hentikan!
ini hidupku, jangan korbankan
seenak kalian
jauh berbeda
jangan memaksa, jangan meminta
ku untuk menyamakannya
tidak akan pernah bisa
ragaku, hanya milikku
rasaku, hanya milikku
bukan urusanmu!
kamu hanya tahu sedikit sisi darinya
kalian hanya tahu yang tampak lewat mata
bagian sebenarnya, itu rahasia
kalian tidak berhak mengetahuinya
biarkan aku dan Tuhanku yang menjaganya
cukup kalian diam tanpa pretensi dan tanda tanya
jika berkenan, kalian bisa membantunya dalam doa
tidak perlu mencaci apalagi menghakimi
hatiku sudah cukup memar oleh luka
tidak perlu kau tambah garam di atasnya
seandainya kalian ingin menambah sensasi perihnya
cukup, hentikan!
ini hidupku, jangan korbankan
seenak kalian
Thursday, March 28, 2013
Senja dan Doa
senja
adalah waktu khusus yang aku siapkan hanya untukNya, Sang Maha. tidak kuasa aku tanpa Dia. tidak bisa aku tanpa hadirNya. dalam senja aku bisa asyik berbicara denganNya. denganNya, dan bukan lainnya. dalam senja aku berkata, dalam senja aku bersua, dalam senja aku berdoa. berdoa dan meminta setulusnya hanya kepadaNya yang tidak pernah berhenti mencintai ciptaanNya. sehina apapun ciptaanNya.
senja
aku menyisihkan menit senjaku hanya untuk Dia. maaf ya, baru sebentuk senja yang aku punya. hanya dalam senja, jiwa manusiaku bertata krama jujur dan apa adanya. dalam senja, semua rasa hadir begitu saja untuk kutunjukkan kepadaNya. maaf aku hanya punya senja. maaf aku belum mampu memberikan yang lebih dari senja. senja adalah saat yang paling aku damba. bisa dengan romantisnya berbagi duka dan tawa denganNya. dengan Dia, Sang Maha yang selalu memahami tanpa banyak bertanya.
senja
ijinkan aku diam dan meresapi semua. hidupku ini tidak lama. hidupku ini tidak ada apa-apanya. hanya dalam senja aku bisa diam dan meninggalkan dunia nyata. dalam senja aku denganNya bisa bercengkrama tanpa gangguan pihak lainnya. senjaku mahal harganya. oleh sebab itu, senjaku hanya untuk Dia, satu-satunya yang aku cinta tiada tara.
senja
maaf, Kamu Yang Maha. aku belum bisa memberi apa-apa. bahkan memberikan waktu pun aku berpikir setelah berjuta-juta. padahal Kamu memberikan waktuMu dengan cuma-cuma. maafkan, ya. aku akan terus belajar pada senja tentang cinta, kekasih cinta, dan mencinta. aku berdoa di senja, aku bermunajat lewat senja. waktu teduh senja, semoga ada artinya.
terima kasih telah memberikan kesempatan berdoa setulusnya.
adalah waktu khusus yang aku siapkan hanya untukNya, Sang Maha. tidak kuasa aku tanpa Dia. tidak bisa aku tanpa hadirNya. dalam senja aku bisa asyik berbicara denganNya. denganNya, dan bukan lainnya. dalam senja aku berkata, dalam senja aku bersua, dalam senja aku berdoa. berdoa dan meminta setulusnya hanya kepadaNya yang tidak pernah berhenti mencintai ciptaanNya. sehina apapun ciptaanNya.
senja
aku menyisihkan menit senjaku hanya untuk Dia. maaf ya, baru sebentuk senja yang aku punya. hanya dalam senja, jiwa manusiaku bertata krama jujur dan apa adanya. dalam senja, semua rasa hadir begitu saja untuk kutunjukkan kepadaNya. maaf aku hanya punya senja. maaf aku belum mampu memberikan yang lebih dari senja. senja adalah saat yang paling aku damba. bisa dengan romantisnya berbagi duka dan tawa denganNya. dengan Dia, Sang Maha yang selalu memahami tanpa banyak bertanya.
senja
ijinkan aku diam dan meresapi semua. hidupku ini tidak lama. hidupku ini tidak ada apa-apanya. hanya dalam senja aku bisa diam dan meninggalkan dunia nyata. dalam senja aku denganNya bisa bercengkrama tanpa gangguan pihak lainnya. senjaku mahal harganya. oleh sebab itu, senjaku hanya untuk Dia, satu-satunya yang aku cinta tiada tara.
senja
maaf, Kamu Yang Maha. aku belum bisa memberi apa-apa. bahkan memberikan waktu pun aku berpikir setelah berjuta-juta. padahal Kamu memberikan waktuMu dengan cuma-cuma. maafkan, ya. aku akan terus belajar pada senja tentang cinta, kekasih cinta, dan mencinta. aku berdoa di senja, aku bermunajat lewat senja. waktu teduh senja, semoga ada artinya.
terima kasih telah memberikan kesempatan berdoa setulusnya.
Tuhan, Maha Memberi Sandaran
Tuhan;
berikan aku sandaran
aku sedang kelelahan
aku sedang lemah tidak karuan
aku sedang hancur berantakan
Tuhan;
rekatkan hatiku yang berserakan
karena hanya diriMu sebaik-baik penenang perasaan
berikan aku sandaran
aku sedang kelelahan
aku sedang lemah tidak karuan
aku sedang hancur berantakan
Tuhan;
rekatkan hatiku yang berserakan
karena hanya diriMu sebaik-baik penenang perasaan
Semi Konklusi Hati
aku memaksamu masuk di jalur inspirasi hatiku
aku tanpa ragu memohonmu memberikan persuasi tanpa pretensi
aku yakin kamu terlalu berarti
untuk dibiarkan berdiam diri
kamu bernaung di antara janji yang menanti untuk ditepati
kamu menjelajahi sandi-sandi bertebaran
yang menunggu untuk dituntaskan
seutas rasa yang kupunya kian merekat
kepadamu, dan ingin selalu dekat
aku dan kamu sudah tidak terpisahkan
hadirnya jeda pun kadang bisa kita manipulasikan
setiap saling dekat, cinta hadir kian berkali lipat
ahh, kamu dan aku sudah terlalu dekat
kamu terlalu memikat
aku; terjebak dan terjerat
aku tanpa ragu memohonmu memberikan persuasi tanpa pretensi
aku yakin kamu terlalu berarti
untuk dibiarkan berdiam diri
kamu bernaung di antara janji yang menanti untuk ditepati
kamu menjelajahi sandi-sandi bertebaran
yang menunggu untuk dituntaskan
seutas rasa yang kupunya kian merekat
kepadamu, dan ingin selalu dekat
aku dan kamu sudah tidak terpisahkan
hadirnya jeda pun kadang bisa kita manipulasikan
setiap saling dekat, cinta hadir kian berkali lipat
ahh, kamu dan aku sudah terlalu dekat
kamu terlalu memikat
aku; terjebak dan terjerat
Hati-Hati dengan Hati
hati-hati dengan hati;
hatiku sudah lama aku jaga dengan hati-hati agar jangan sampai merasakan yang namanya sakit hati. bahkan walau hanya untuk satu kali lagi. aku tidak mau hatiku jadi umpan empuk sakit hati. kamu bukan pemilik hatiku yang sejati jadi kamu tidak punya hak untuk menorehkan bahkan hanya segores luka saja untuk hati yang aku miliki ini.
hati-hati dengan hati;
hatiku bisa kuat sekali. tapi hatiku juga bisa melemah tanpa aku sadari. dan aku tidak mau hati itu melemah sendiri tanpa aku sadari. sudah cukup sering dia tersakiti. aku tidak mau lagi. sungguh tidak mau lagi. kalau kamu hanya datang untuk menyakiti, lebih baik bersegeralah pergi. lebih baik aku sendiri dan menjaga hati ini. hati ini, pemberian Illahi, milikku sendiri.
hati-hati dengan hati;
kalau kamu mau tinggal di sini, jagalah hati ini. karena hati ini hanya mengenal apa yang diberikan oleh hati. hati hanya memahami apa yang dikomunikasikan oleh hati. hatiku hanya memahami ungkapan hati. sekali lagi, jangan menyakiti. aku memang lelah berdiri sendiri. aku membutuhkan sosok yang menegarkan dan menguatkan hati. oleh sebab itu, tenangkan aku di sini.
jangan menyakiti
jangan menjatuhkan airmataku
jangan memporakporandakan hatiku
hanya itu yang aku mau
hatiku sudah lama aku jaga dengan hati-hati agar jangan sampai merasakan yang namanya sakit hati. bahkan walau hanya untuk satu kali lagi. aku tidak mau hatiku jadi umpan empuk sakit hati. kamu bukan pemilik hatiku yang sejati jadi kamu tidak punya hak untuk menorehkan bahkan hanya segores luka saja untuk hati yang aku miliki ini.
hati-hati dengan hati;
hatiku bisa kuat sekali. tapi hatiku juga bisa melemah tanpa aku sadari. dan aku tidak mau hati itu melemah sendiri tanpa aku sadari. sudah cukup sering dia tersakiti. aku tidak mau lagi. sungguh tidak mau lagi. kalau kamu hanya datang untuk menyakiti, lebih baik bersegeralah pergi. lebih baik aku sendiri dan menjaga hati ini. hati ini, pemberian Illahi, milikku sendiri.
hati-hati dengan hati;
kalau kamu mau tinggal di sini, jagalah hati ini. karena hati ini hanya mengenal apa yang diberikan oleh hati. hati hanya memahami apa yang dikomunikasikan oleh hati. hatiku hanya memahami ungkapan hati. sekali lagi, jangan menyakiti. aku memang lelah berdiri sendiri. aku membutuhkan sosok yang menegarkan dan menguatkan hati. oleh sebab itu, tenangkan aku di sini.
jangan menyakiti
jangan menjatuhkan airmataku
jangan memporakporandakan hatiku
hanya itu yang aku mau
Akumulasi Hujan dan Kenangan
aku punya rindu sebanyak titik hujan itu
biarkan saja, aku tidak butuh pedulimu
karena aku hujan
dan tidak mau diteduhkan
mereka bilang hujan isinya kenangan
bagiku, kenanganku sudah tergadaikan
di persimpangan khianat dan kebohongan
di sepanjang jalan penuh perselisihan
yang tidak terselesaikan
menguap sudah rindu yang kusisihkan
kesedihan semakin terakumulasikan
kebahagiaan yang bergeser dengan kenestapaan
canda tawa yang lengser karena airmata bercucuran
biarkan saja, aku tidak butuh pedulimu
karena aku hujan
dan tidak mau diteduhkan
mereka bilang hujan isinya kenangan
bagiku, kenanganku sudah tergadaikan
di persimpangan khianat dan kebohongan
di sepanjang jalan penuh perselisihan
yang tidak terselesaikan
menguap sudah rindu yang kusisihkan
kesedihan semakin terakumulasikan
kebahagiaan yang bergeser dengan kenestapaan
canda tawa yang lengser karena airmata bercucuran
Wanita Senja
dia adalah wanita senja
dia adalah wanita yang terjebak di jingga tanpa mampu membebaskan dirinya
dia sedang membiarkan hatinya tercaci, membiarkan pula kebahagiaannya tercuri
dia hanya membiarkan hatinya bersatu dengan senja tanpa keluar dari lingkaran mega
dia mencoba berbahagia dengan satu definisi miliknya sendiri
dia adalah wanita senja
dia berdiri di batas cakrawala tidak peduli dengan hadirnya manusia
biar saja mereka tertawa, biar saja mereka mencibir dalam canda
hanya senja yang mampu memahami dirinya
hanya senja yang bisa membahasakan tetesan airmatanya
dia adalah wanita senja
terduduk menunggu dia yang pantas dicinta
dia bertegur sapa dengan duka dan bersabar menanti bahagia
berbicara dia dengan jiwa
yang ada hanya menabur derita, untuk apa?
sendiri saja sebaiknya
tanpa siapa-siapa
dia adalah wanita yang terjebak di jingga tanpa mampu membebaskan dirinya
dia sedang membiarkan hatinya tercaci, membiarkan pula kebahagiaannya tercuri
dia hanya membiarkan hatinya bersatu dengan senja tanpa keluar dari lingkaran mega
dia mencoba berbahagia dengan satu definisi miliknya sendiri
dia adalah wanita senja
dia berdiri di batas cakrawala tidak peduli dengan hadirnya manusia
biar saja mereka tertawa, biar saja mereka mencibir dalam canda
hanya senja yang mampu memahami dirinya
hanya senja yang bisa membahasakan tetesan airmatanya
dia adalah wanita senja
terduduk menunggu dia yang pantas dicinta
dia bertegur sapa dengan duka dan bersabar menanti bahagia
berbicara dia dengan jiwa
yang ada hanya menabur derita, untuk apa?
sendiri saja sebaiknya
tanpa siapa-siapa
Hujan dan Senja
hujan dan senja sedang berbagi cerita
senja yang merona harus mengalah pada hujan
kali ini. ya. mereka bergantian datang
kini tiba waktu milik sang hujan
nantilah ada saatnya bagi senja
untuk membagi rona indahnya di langit angkasa
mengukir kanvas cakrawala dengan mega indahnya
akan ada saatnya.
hujan dan senja sedang berbagi cerita
mereka memang saling bergantian menulis tinta berupa kenangan
mereka pun berbagi tugas
senja dengan ronanya yang penuh pesona
hujan dengan rintiknya yang dingin dan menggetarkan
dan mereka menanti keseimbangan
pelangi pasti datang, entah kapan
hujan dan senja sedang berbagi cerita
senja berkata, dia sedang bahagia
sangat bahagia hingga jingganya muncul di mana-mana
tapi di sisi sebaliknya, senja justru merasa ketakutan
dia takut merasa terlalu jingga
jingga juga bisa berubah gelap bukan?
apabila ronanya mulai tertelan malam
senja mulai ketakutan
hujan dan senja sedang berbagi cerita
datanglah sang hujan yang dingin, basah, namun menenangkan
dia menemani senja yang tengah ketakutan
senja, kata sang hujan, aku datang
beristirahatlah
saatnya keseimbangan datang
aku hanya menjalani ketetapan Tuhan
tenanglah menanti giliran
semua akan adil dan datang perlahan
senja yang merona harus mengalah pada hujan
kali ini. ya. mereka bergantian datang
kini tiba waktu milik sang hujan
nantilah ada saatnya bagi senja
untuk membagi rona indahnya di langit angkasa
mengukir kanvas cakrawala dengan mega indahnya
akan ada saatnya.
hujan dan senja sedang berbagi cerita
mereka memang saling bergantian menulis tinta berupa kenangan
mereka pun berbagi tugas
senja dengan ronanya yang penuh pesona
hujan dengan rintiknya yang dingin dan menggetarkan
dan mereka menanti keseimbangan
pelangi pasti datang, entah kapan
hujan dan senja sedang berbagi cerita
senja berkata, dia sedang bahagia
sangat bahagia hingga jingganya muncul di mana-mana
tapi di sisi sebaliknya, senja justru merasa ketakutan
dia takut merasa terlalu jingga
jingga juga bisa berubah gelap bukan?
apabila ronanya mulai tertelan malam
senja mulai ketakutan
hujan dan senja sedang berbagi cerita
datanglah sang hujan yang dingin, basah, namun menenangkan
dia menemani senja yang tengah ketakutan
senja, kata sang hujan, aku datang
beristirahatlah
saatnya keseimbangan datang
aku hanya menjalani ketetapan Tuhan
tenanglah menanti giliran
semua akan adil dan datang perlahan
kata hujan
kata senja
"ya, bukankah kita sama-sama menanti pelangi?"
ya, mereka yakin. pelangi itu akan datang. entah kapan.
Saturday, March 23, 2013
Senja dan Bapak Tua
Di garis cakrawala aku menatapmu
Tertegunku penuh malu
Kau berpeluh demi sesuap nasi
Mengayuh gerobakmu demi materi
Belum mampu aku menjawab nalarku
Rasaku tak pantas mengeluh di hidupku
Menyaksikanmu dicaci di kanan kiri
Terdiam tak mampu menjaga diri
Dari bunyi-bunyian arogansi
Manusia tidak tahu diri
Lalu aku?
Menemuimu dengan airmata menetes penuh sendu
Menjemputmu lewat doa terpanjatkan di pilu
Semoga anakmu belum menangis kelaparan
Semoga tubuhmu yang basah oleh hujan
Masih sempat dikeringkan istrimu dengan kecintaan
Tertegunku penuh malu
Kau berpeluh demi sesuap nasi
Mengayuh gerobakmu demi materi
Belum mampu aku menjawab nalarku
Rasaku tak pantas mengeluh di hidupku
Menyaksikanmu dicaci di kanan kiri
Terdiam tak mampu menjaga diri
Dari bunyi-bunyian arogansi
Manusia tidak tahu diri
Lalu aku?
Menemuimu dengan airmata menetes penuh sendu
Menjemputmu lewat doa terpanjatkan di pilu
Semoga anakmu belum menangis kelaparan
Semoga tubuhmu yang basah oleh hujan
Masih sempat dikeringkan istrimu dengan kecintaan
Merayu Tuhan
Apa aku perlu merayu Tuhan?
Agar kamu yakin cintaku penuh kebenaran?
Bahwa cintaku hanya menuntutmu untuk kubahagiakan
Bahwa hatiku hanya untukmu supaya kau merasakan keutuhan
Apa aku perlu merayu Tuhan?
Agar kamu tahu bahwa hatiku isinya kamu
Dalam parasmu aku mau hanya untukku
Dalam perilakumu selalu aku harap kamu mengingatku
Dalam hatimu hanya ada namaku
Apa aku perlu merayu Tuhan?
Agar nama kita disandingkan
Agar jalan hidup kita tidak dipisahkan
Agar derita kita dihapuskan
Agar bahagia kita dikekalkan
Apa aku perlu merayu Tuhan?
Apapun akan kulakukan
Apapun akan kuserahkan
Agar Tuhan memberikan
Agar kamu yakin cintaku penuh kebenaran?
Bahwa cintaku hanya menuntutmu untuk kubahagiakan
Bahwa hatiku hanya untukmu supaya kau merasakan keutuhan
Apa aku perlu merayu Tuhan?
Agar kamu tahu bahwa hatiku isinya kamu
Dalam parasmu aku mau hanya untukku
Dalam perilakumu selalu aku harap kamu mengingatku
Dalam hatimu hanya ada namaku
Apa aku perlu merayu Tuhan?
Agar nama kita disandingkan
Agar jalan hidup kita tidak dipisahkan
Agar derita kita dihapuskan
Agar bahagia kita dikekalkan
Apa aku perlu merayu Tuhan?
Apapun akan kulakukan
Apapun akan kuserahkan
Agar Tuhan memberikan
Anomali
di titik anomali aku menanti
berbedanya rasa yang kupunya
menunjukkan bagaimana kamu menjadi segala
tidak punya aku apa-apa
katakan aku gelandangan cinta
menjanjikanmu gulungan derita
meminta ditemani di nestapa
yakinlah satu, saja
berbahagia itu milik semua manusia
berbedanya rasa yang kupunya
menunjukkan bagaimana kamu menjadi segala
tidak punya aku apa-apa
katakan aku gelandangan cinta
menjanjikanmu gulungan derita
meminta ditemani di nestapa
yakinlah satu, saja
berbahagia itu milik semua manusia
Demagogisme Hati
Sampai kapan harus kubiarkan hati ini berupa kepingan?
Lambat laun dan perlahan
Terus saja kau luluh lantakkan
Kau pikir kau Tuhan?
Demagogisme hati
Aku adalah pemilik mutlak sang hati
Tidak ada hakmu untuk menyakiti
Walau hanya seinci
Demagogisme hati
Kau hanya singgah sebagai tamu
Yang bisa kuusir seenakku
Jadi jaga perilakumu
Kalau masihmu ingin di sini
Selalu
Demagogisme hati
Mungkin sempat hatiku tercuri
Dengan sendirinya dia telah kembali
Kepadaku; pemiliknya yang sejati
Demagogisme hati
Kamu; saatnya pergi
Lambat laun dan perlahan
Terus saja kau luluh lantakkan
Kau pikir kau Tuhan?
Demagogisme hati
Aku adalah pemilik mutlak sang hati
Tidak ada hakmu untuk menyakiti
Walau hanya seinci
Demagogisme hati
Kau hanya singgah sebagai tamu
Yang bisa kuusir seenakku
Jadi jaga perilakumu
Kalau masihmu ingin di sini
Selalu
Demagogisme hati
Mungkin sempat hatiku tercuri
Dengan sendirinya dia telah kembali
Kepadaku; pemiliknya yang sejati
Demagogisme hati
Kamu; saatnya pergi
Wednesday, March 20, 2013
Berbagi Cangkir Part III
Aku
| Kamu | Kita
Di
antara temaram cahaya
Jangan
sekali-kali kamu bertanya. Seberapa dalam aku jatuh cinta. Rasa yang ada jauh
daripada apapun yang bisa diukur manusia biasa. Hanya Tuhan dan hati kita yang
tahu kenyataannya. Di antara detik yang tertunda, ada kita yang berbagi tawa
tanpa peduli apa kata dunia. Di antara jarak tanpa angka, ada kita yang
menangisi kenyataan yang seringkali tidak seperti apa yang ada dalam rencana.
Di antara bahasa penuh aksara, ada kita yang sedang mengukir cerita.
Jangan
sekali-kali kamu bertanya. Seberapa jauh aku jatuh kepadamu. Aku bisa menjadi siapapun yang aku mau saat
bersamamu. Di sampingmu, hanya bahagia yang aku tahu. Di pelukan dan
rengkuhanmu, hanya harapan akan kata selamanya yang aku mau. Di sela jemari
tanganmu, ada kerinduan akan ketenangan tanpa batas yang tidak kenal kandas.
Karena kamu, selalu menjadi definisi bahagia yang terbaru.
Jangan
sekali-kali kamu bertanya. Seberapa lama aku akan mencintaimu. Aku benci
menghitung angka. Aku benci mengukur waktu di dunia. Aku benci bergulat dengan
jarak yang tidak berguna. Untuk apa? Aku tidak butuh angka untuk mencintaimu.
Aku tidak peduli seberapa waktu yang tersisa untuk bersamamu. Dan tidak ada
kilometer yang mampu menjauhkan aku dari memikirkanmu dan menghadirkanmu
tinggal di otakku.
Kalau
kamu masih berani bertanya, tidak akan ada jawabannya.
Kalau
kamu masih berani bertanya, tidak akan bisa aku menjawabnya.
Karena
kamu adalah jawaban yang segala pertanyaan yang kau tanyakan.
Dan
aku mencintaimu tanpa banyak tanda tanya dan pertanyaan.
Kamu,
aku cinta;
Itu
saja.
Tuesday,
March 19, 2013
11.57
Sunday, March 17, 2013
Blue Sky Collapse
As I walk to the end of the line
I wonder if I should look back
To all of the things that were said and done
I think we should talk it over
Then I noticed the sign on your back
It boldly says try to walk away
I go on pretending I'll be ok
This morning it hits me hard that
Still everyday I think about you
I know for a fact that's not your problem
But if you change your mind you'll find me
Hanging on to the place
Where the big blue sky collapse
As I stare at the wall in this room
The cracks they resemble your shadow
When everyday I see time goes by
In my head everything stood still
I'm waiting for things to unfreeze
Till you release me from the ice block
It's been floating for ages washed up by the sea
And it's drowning, thought you should know that
You see people are trying
To find their way back home
So I'll find my way to you
I wonder if I should look back
To all of the things that were said and done
I think we should talk it over
Then I noticed the sign on your back
It boldly says try to walk away
I go on pretending I'll be ok
This morning it hits me hard that
Still everyday I think about you
I know for a fact that's not your problem
But if you change your mind you'll find me
Hanging on to the place
Where the big blue sky collapse
As I stare at the wall in this room
The cracks they resemble your shadow
When everyday I see time goes by
In my head everything stood still
I'm waiting for things to unfreeze
Till you release me from the ice block
It's been floating for ages washed up by the sea
And it's drowning, thought you should know that
You see people are trying
To find their way back home
So I'll find my way to you
Friday, March 15, 2013
Jika
jika;
mencintaimu hanya menyakitkan jiwaku
aku akan meminta Tuhan untuk menghentikanku
menghapus setiap keping kenangan tentangmu
di kepalaku
jika;
mencintaimu hanya melelahkan emosi
aku akan berhenti
mengharapkanmu kembali
atau menunggumu di sini
jika;
mencintaimu hanya menghasilkan duka
aku hanya akan diam dan memanggil karma
untuk memberikan balasannya
itu saja
jika
mencintaimu hanya menyakitkan jiwaku
aku akan meminta Tuhan untuk menghentikanku
menghapus setiap keping kenangan tentangmu
di kepalaku
jika;
mencintaimu hanya melelahkan emosi
aku akan berhenti
mengharapkanmu kembali
atau menunggumu di sini
jika;
mencintaimu hanya menghasilkan duka
aku hanya akan diam dan memanggil karma
untuk memberikan balasannya
itu saja
jika
Berbagi Cangkir
kuseduh wajahmu di cangkir kopiku pagi ini
rasamu masih tetap murni
pahit, pekat, hangat, memikat
kamu dan segala rasamu hadir menjerat
cangkir ini kubiarkan tetap berisi
agar tak rusak ukiran wajahmu di jelaganya
kusisip; bibirku dan wajahmu beranalogi
beginikah rasanya cinta?
bisakah kuangkat bayangmu di permukaannya?
kupindahkan di pelupuk mata
tinggallah di sana
agar tidak lagi ada rindu pisahkan kita?
rasamu masih tetap murni
pahit, pekat, hangat, memikat
kamu dan segala rasamu hadir menjerat
cangkir ini kubiarkan tetap berisi
agar tak rusak ukiran wajahmu di jelaganya
kusisip; bibirku dan wajahmu beranalogi
beginikah rasanya cinta?
bisakah kuangkat bayangmu di permukaannya?
kupindahkan di pelupuk mata
tinggallah di sana
agar tidak lagi ada rindu pisahkan kita?
Monday, March 11, 2013
Mencintaimu
aku mencintaimu;
dari segala penjuru
dari segala sudut yang tidak pernah kutahu
aku menjadi pengelana hatimu
mencoba menemukan harta terpendammu
cintamu
aku mencintaimu;
dari seluruh lapisan bumi
dari seluruh luasnya galaksi
aku berjuang menelusuri
tidak lelah aku mencari dan menghampiri
cinta sejati
aku mencintaimu;
dari seluruh takaran bahan kimia
dari kandungan raksa berbahaya
aku membeku mengeras menemukanmu
begitu nyata di hadapku
hanya satu yang mampu kupersembahkan
padamu;
mencintaimu
aku mencintaimu;
dari seluruh bahasa manusia
dari seluruh prakata maupun wacana
aku terpaku membalutmu dalam aksara
padanan apa yang mampu kuanalogikan jadi nyata?
selain cinta?
jangan menyuruhku
aku bukan budakmu
jangan memintaku
aku bukan pemenuh nafsumu
pasti aku akan mencintaimu
tanpa kau menyuruhku
tanpa kau memintaku
dari segala penjuru
dari segala sudut yang tidak pernah kutahu
aku menjadi pengelana hatimu
mencoba menemukan harta terpendammu
cintamu
aku mencintaimu;
dari seluruh lapisan bumi
dari seluruh luasnya galaksi
aku berjuang menelusuri
tidak lelah aku mencari dan menghampiri
cinta sejati
aku mencintaimu;
dari seluruh takaran bahan kimia
dari kandungan raksa berbahaya
aku membeku mengeras menemukanmu
begitu nyata di hadapku
hanya satu yang mampu kupersembahkan
padamu;
mencintaimu
aku mencintaimu;
dari seluruh bahasa manusia
dari seluruh prakata maupun wacana
aku terpaku membalutmu dalam aksara
padanan apa yang mampu kuanalogikan jadi nyata?
selain cinta?
jangan menyuruhku
aku bukan budakmu
jangan memintaku
aku bukan pemenuh nafsumu
pasti aku akan mencintaimu
tanpa kau menyuruhku
tanpa kau memintaku
Sunday, March 10, 2013
Matahari Ketiga
mentari di hari ketiga
sejak kita tak lagi bertegur sapa
lidahmu kelu tidak lagi merasa rindu
bibirmu bisu kian jemu mencintaiku
fajar di terbit matahari ketiga
masih kuingat janjimu tentang kita
tanganmu lelah sudah menggenggamku
lenganmu pun rapuh merengkuhku
di senja hari selanjutnya
harapanku masih sama
pembicaraan hati kita belum usai
meski airmata tak henti tercerai berai
telah kugadaikan putus asa
kubuang jauh gundah derita
kuisi hanya dengan cinta
untukmu, di matahari ketiga
sejak kita tak lagi bertegur sapa
lidahmu kelu tidak lagi merasa rindu
bibirmu bisu kian jemu mencintaiku
fajar di terbit matahari ketiga
masih kuingat janjimu tentang kita
tanganmu lelah sudah menggenggamku
lenganmu pun rapuh merengkuhku
di senja hari selanjutnya
harapanku masih sama
pembicaraan hati kita belum usai
meski airmata tak henti tercerai berai
telah kugadaikan putus asa
kubuang jauh gundah derita
kuisi hanya dengan cinta
untukmu, di matahari ketiga
First Thing's First
There is always the first time for everything. Well, I have written some, yeah, some, blog accounts before. Yet, I did not feel comfortable when writing in any of those blogs. Therefore, it comes up to the new one then. Blog has been one of my place to share many things including moments, photos, stories, poems, songs I love, people I love, and, of course, people I hate. :p
Writing has been my life. It somehow understands myself more than anybody else do. When I am writing, I might become somebody else. When I am writing, I might be somewhere else, in my own world, in my own imagination.
Why womaningray?
Dunia tidak hanya disodorkan oleh warna hitam dan putih, selalu ada abu-abu di antara keduanya. Tidak sepantasnya kita hanya memberikan hak pada hitam dan putih untuk hadir di dunia. Abu-abu juga sepantasnya memiliki porsi yang sama.
Aksara jauh lebih bermakna karena dia mengungkap apa yang tidak dapat terlisan dengan bicara. Aksara justru lebih lantang berbicara dari mulut yang bersuara. Aksara merupakan media bagi hati yang bisu dan tidak mampu berujar karena malu. Inilah saya dan dunia saya yang memberikan realita tepat di depan mata. Bahwa dunia hadir dengan sisi yang nyata dan maya.
Read, write, rewrite.
Ungkapkan apa yang ada di pikiran dengan kata, dengan aksara.
Dunia menyambutnya.
Simple!
Enjoy reading :)
Writing has been my life. It somehow understands myself more than anybody else do. When I am writing, I might become somebody else. When I am writing, I might be somewhere else, in my own world, in my own imagination.
Why womaningray?
Dunia tidak hanya disodorkan oleh warna hitam dan putih, selalu ada abu-abu di antara keduanya. Tidak sepantasnya kita hanya memberikan hak pada hitam dan putih untuk hadir di dunia. Abu-abu juga sepantasnya memiliki porsi yang sama.
Aksara jauh lebih bermakna karena dia mengungkap apa yang tidak dapat terlisan dengan bicara. Aksara justru lebih lantang berbicara dari mulut yang bersuara. Aksara merupakan media bagi hati yang bisu dan tidak mampu berujar karena malu. Inilah saya dan dunia saya yang memberikan realita tepat di depan mata. Bahwa dunia hadir dengan sisi yang nyata dan maya.
Read, write, rewrite.
Ungkapkan apa yang ada di pikiran dengan kata, dengan aksara.
Dunia menyambutnya.
Simple!
Enjoy reading :)